Foto: Dok. Royal Agro Indonesia
Gejala blas pada daun
OPT peringkat nomor empat ini bisa mengakibatkan puso bila petani tidak mengendalikan serangannya dengan baik.
Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari, Karawang, Jabar menempatkan blas sebagai OPT utama nomor empat pada padi. Luas serangannya di musim tanam 2021/2022 diramalkan mencapai 30.754 ha.
Mengutip Prof. Dr. Ir. I Dewa Ngurah Suprapta, MSc yang menyitir data IRRI Knowledge Bank 2020, serangan blas berpotensi mengakibatkan kehilangan hasil 10%-15%. Namun, Guru Besar Faperta Universitas Udayana inijuga menampilkan data kehilangan hasil di beberapa negara bisa 1%-100%(puso).
Mengapa merugikan?
Menurut Hadi Suparno, Development & Registration Manager PT Royal Agro Indonesia, masih banyak petani terutama di dataran rendah Pantai Utara Jawa yang belum memperhatikan blas. Memang, penyakit akibat cendawan Pyricularia grisea ini baru 5-10 tahun terakhir merebak di dataran rendah. “Dulu blas banyak menyerang padi gogo. Tapi,beberapa tahun ke belakang blas juga sudah menjadi masalah di dataran rendah,” ungkapnya.
Lebih jauh ia memaparkan, ada 2 gejala penyakit blas, yaitu blas daun (leaf blast) dan patah leher (neck blast). Blas leher jauh lebih merugikan ketimbang blas daun lantaran cendawannya menyerang pangkal malai. Bila pangkalnyaterserang maka malai akan patahsehingga secara langsung mengurangi hasil karena pengisian bulir tidak sempurna atau bahkan tidak terisi sama sekali. “Walaupun begitu, blas daun yang tidak dikendalikan bisa naik terus sampai daun bendera dan menginfeksi malai,” ulasHadi.
Erika Sitindaon, Rice Crop Manager Royal Agro menimpali, tahun lalu ada laporan tentang blas dari Maros, Sulselyang notabene salah satu daerah endemik blas. “Kalau kena blas sampai parah,tanaman nggak bisa kita apa-apakan lagi. Yang bisa diusahakan hanya mencegah penyebaran lebih luas lagi. Jadi, kalau mau mengendalikan blas ya mau nggak mau harus preventif,” tutur alumnus Faperta IPB University ini.
Solusi Excellent
Untuk pencegahan, lanjut Erika, Royal Agro menawarkan Blasil 270/230SE. Produk yang meluncur ke pasar sejak Desember tahun lalu ini mengandung 2 bahan aktif, yakni prokloras (270 g/kg) dan trisiklazol (230 g/kg).
“Trisiklazol sangat efektif mengendalikan blas.Kita campur prokloras,juga memiliki efikasi bagus untuk blas. Sinergi 2 bahan aktif ini menghasilkan pengendalian yang excellent untuk blas, baik blas daun maupun blas leher. Diharapkan tidak hanya blas yang terkendali tapi juga hasil panennya lebih berkualitas,” jelasnya.
Rekomendasi aplikasinya tiga kali, umur 40, 60, dan 70 hari setelah tanam (HST) dengan dosis 500 ml/ha. Aplikasi mulai umur 40 HST karena kebanyakan varietas di umur 30 HST, daunnya mulai saling menutup sehingga kondisinya lembap yang memicu timbul penyakit. Namun bila di umur 20-an HST sudah terlihat gejala, sebaiknya petani segera mengaplikasi agar tidak berkembang sampai ke malai.
Untuk mendapat perlindungan terhadap blas, petani perlu merogoh kocek sekitar Rp285 ribu/ha. “Mereka juga bisa menikmati tambahan hasil panen 6%-14%,” pungkas Hadi.
Peni Sari Palupi