Rabu, 23 Pebruari 2022

Latih Sejuta Petani Penyuluh, Kementan Ajak Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

Latih Sejuta Petani Penyuluh, Kementan Ajak Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

Foto: ist.
Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi (tengah), strategi aksi adaptasi diperlukan untuk melindungi masyarakat dan keberlanjutan pembangunan.

Ciawi (AGRINA-ONLINE.COM). Perubahan kondisi iklim berpotensi menimbulkan ancaman bahaya kekeringan, banjir, dan bertambahnya kejadian cuaca ekstrem yang berdampak pada sosial, ekonomi dan lingkungan. Seperti kegagalan panen, berkurangnya mata pencaharian, kehilangan keanekaragaman hayati, dan peningkatan kejadian berbagai jenis penyakit menular.

Dalam mengendalikan hal ini, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian mengajak para insan pertanian agar peka terhadap perubahan iklim (climate change).

Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi menuturkan, strategi aksi adaptasi diperlukan untuk melindungi masyarakat dan keberlanjutan pembangunan. “Terutama menghindari kerugian sosial ekonomi yang lebih besar di kemudian hari,” imbuhnya di sela-sela pelatihan penyuluh dan petani Adaptasi dan Mitigasi Pertanian Terhadap Perubahan Iklim, Rabu (23/2).
.
Pelatihan sejuta petani yang diselenggarakan, 23-25 Februari 2022, menggunakan metode pelatihan secara blended learning online dan offline serta tersebar di seluruh indonesia. Tercatat sebanyak lebih dari 1,5 juta peserta yang terdiri dari petani, penyuluh dan insan pertanian lainnya telah mendaftar secara online untuk Pelatihan bagi Sejuta Petani dan Penyuluh.
    Pelatihan dengan metode offline (tatap muka) berjumlah 110 peserta yang terdiri dari 60 peserta di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan dan 50 peserta di Pusat Pelatihan Manajemen Kememimpinan (PPMKP) Ciawi.

Sementara pelatihan secara online diselenggarakan di seluruh UPT Pelatihan yang menjangkau 34 provinsi, 514 kabupaten/kota seluruh Indonesia dengan titik kumpul di Kostratani, Posluhdes, Poktan/Gapoktan, Saung Tani, P4S, KTNA, IKAMAJA, PERHIPTANI, DPM/DPA, serta lokasi lainnya yang berdekatan dengan domisili peserta.

Lebih lanjut Dedi mengingatkan, dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian akan berujung pada kekeringan dan kebanjiran yang berdampak pada kerusakan tanaman. Untuk itu, salah satunya, BBPSDM Kementan melakukan bimbingan teknis adaptasi dan mitigasi perubahan iklim sektor pertanian.

“Kita lakukan juga identifikasi dan pemetaan di seluruh wilayah lahan pertanian serta kenalkan varietas pertanaman yang toleran terdahap situasi tertentu. Lahan rawa kekeringan dan banjir sebagai wilayah prioritas penanganan,” ulas Dedi.

Berdasarkan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Dedi menekankan, pertanian harus menerapkan inovasi dan teknologi yang efisien. Emisi gas rumah kaca mesti dikurangi dan meningkatkan intensitas karbon rendah.

“Cara mengurangi efek gas rumah kaca bisa menggunakan varietas unggulan yang mengeluarkan emisi gas rumah kaca yang rendah. Selain itu, intermittent irrigation atau pengairan lahan berimbang, pemupukan berimbang yaitu meningkatkan efisiensi pemupukan dan pemanfaatan pupuk guna mengurangi dampak emisi gas rumah kaca,” pungkasnya.

Try Surya A

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain