Foto: Windi Listianingsih
Serangan Ulat Grayak S. frugiperda berdampak 10-20% pada pertanaman jagung
Serangan ulat grayak masih perlu diantisipasi. Resistensi pun wajib dihindari
Sejak pertama kali ditemukan di Provinsi Sumatera Barat pada Maret 2019, serangan ulat grayak Spodoptera frugiperda atau fall armyworm (FAW) dengan cepat menyebar menyerang tanaman jagung di Tanah Air. Fadel Muhammad, Ketua Dewan Jagung Nasional mengatakan, di saat harga jagung membaik akan banyak petani yang akan menanam. Untuk itu, imbuhnya, serangan ulat grayak FAW jangan sampai menggangu dan mengurangi hasil panen.
“Pengendalian organisme penggangu tanaman (OPT) harus terus diantisipasi dan dilakukan. Apalagi saat ini memasuki pergantian musim,” ungkap Fadel di tengah diskusi ‘Antisipasi Serangan FAW pada tanaman Jagung’, secara daring, Selasa (19/10).
59 Merk Untuk Pengendalian
Lebih jauh Fadel menjabarkan, sejak 2018 kebutuhan dan harga jagung tegah mengalami perbaikan. Sebagai upaya meningkatkan produksi, diperlukan sumber daya yang handal, keberadaan kopersai, pemodalan, hingga perbaikan manajemen. Ia berharap, di saat harga jagung yang baik saat ini, jangan sampai pendapatan petani justru berkurang akibat serangan OPT.
Sementara itu, Maxdeyul Sola, Sekjen Dewan Jagung Nasional menambahkan, kendati sudah ada sejak awal 2019, banyak petani jagung yang belum mengatahui penanggulangannya secara efektif. Menurutnya, selain sarana dan prasarana, pengetahuan petani mesti disiapkan terlebih dahulu sebelum mulai menanam jagung.
Sola menceritakan, dalam tiga tahun terakhir serangan FAW di sentra jagung terus bertambah. Salah satunya yang paling parah, terjadi di sentra jagung di Nusa Tenggara Timur. Di tengah harga jagung yang tinggi, tentunya, minat petani untuk menanam jagung akan sangat tinggi. Hal ini, menurut Sola, akan berdampak pada luasan panen jagung yang bisa naik signigikan di tahun depan.
Ia berpendapat, salah satu upaya yang dapat ditempuh yakni dengan menyiapkan bantuan insektisida yang lebih beragam agar bisa menahan resistensi. Berdasarkan catatannya, saat ini baru terdapat dua jenis insektisida untuk FAW dalam e-katalog. Padahal, seharusnya jenis insektisida yang disiapkan lebih beragam. Jangan sampai, petani justru membeli insektisida yang dijual bebas dan tidak terdaftar melalui marketplace (loka pasar) daring.
Perwakilan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Kementan, Fakih Zakaria merinci, dalam kurun waktu lima bulan (Maret-Juli), ulat grayak frugiperda (UGF) telah menyebar ke 13 provinsi. Yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumsel, Lampung, Jawa Barat, Banten, Jateng, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, dan Sulawesi Utara. Pada Januari 2020 merupakan puncak serangan FAW.
Sementara pada 2021, serangan FAW dipastikan telah dipantau untuk pengelolaan yang tepat. Ia mengatakan, luas lahan terserang FAW saat ini sebesar 1,04% dari total luas tanam jagung. Jauh menurun dibandingkan pada 2019 dan 2020. “Penyebaran saat itu cepat diduga karena kemampuan reproduksinya tinggi ditunjang kondisi iklim dan daya jelajahnya tinggi. Namun, produksi jagung nasional aman dari FAW,” jamin dia.
Naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 329 terbit November 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.