Rabu, 2 Juni 2021

TANAMAN PANGAN : Perbaiki Irigasi agar Produksi Meninggi

TANAMAN PANGAN : Perbaiki Irigasi agar Produksi Meninggi

Foto: Windi Listianingsih
Irigasi berdampak pada peningkatan produktivitas dan IP

Optimalisasi pembangunan dan pengelolaan jaringan irigasi akan mendukung kegiatan pertanian.


Irigasi memiliki peran kunci dalam budidaya padi. Tidak beresnya saluran irigasi bisa menghambat produksi pangan pokok mayoritas penduduk Asia.
 
Pengalaman Yoyo Suparyo, petani di Subang, Jawa Barat, ongkos produksi padi membengkak 2-3 kali lipat selepas dihampiri banjir gegara rusaknya saluran irigasi. Karena itu, penting sekali merehabilitasi saluran irigasi yang rusak.
 
Bagaimana alurnya?


Pembagian Irigasi

Direktur Irigasi Pertanian, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian, Rahmanto menjelaskan, lahan sawah di Indonesia mencapai 7,46 juta ha yang terdiri atas lahan sawah irigasi 5 jutaan ha dan tadah hujan atau nonirigasi 2,46 juta ha.

Pembagian saluran irigasi bermula dari sumber air berupa waduk atau bendungan yang mengalir ke sistem primer dan bercabang ke jaringan irigasi sekunder.
 
Selanjutnya, jaringan sekunder dipecah lagi ke saluran tersier yang menyalurkan air ke petak-petak sawah. Meski begitu, di lapang juga terdapat bendungan atau waduk yang langsung mengalir ke irigasi sekunder atau tersier. “Hal ini tergantung pada kebutuhan petani di lapangan,” katanya.

Sawah irigasi ada kendala rusak jaringan ataupun ketersediaan sumber airnya. Kementan bertugas mengakomodasi program rehabilitasi saluran irigasi tersier.
 
Dyah Susilokarti, Koordinator Kelompok Pengembangan Jaringan Irigasi dan Perkumpulan Petani Pemakai Air, Ditjen Irigasi, PSP mengungkap, jaringan irigasi tersier secara teknis dikelola dinas pengairan dan petugas desa. Jaringan ini sebagian dibangun oleh Kementan dan juga petani.

Sedangkan, irigasi teknik dari bendungan besar atau irigasi primer, dibuat oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
 
Kemen-PUPR memiliki bagian dalam program pengembangan irigasi pertanian sesuai dengan PP Nomor 20 Tahun 2006 tentang irigasi yang menempatkan irigasi dan fungsinya untuk mendukung produktivitas usaha tani guna meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan petani, diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.

“Kementan program merehab jaringan irigasi tersier untuk membantu petani. Tersier kewenangan pemerintah dan juga petani, tapi PU juga bisa masuk bagian tersebut. Irigasi teknik dari bendungan besar dibuat oleh PU atau pertama kali air keluar atau jaringan primer,” terang Dyah.


RJIT

Rahmanto menjelaskan, kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) merupakan bagian pengelolaan untuk mendukung penyaluran air ke lahan pertanian. Kegiatan tersebut untuk menormalkan kembali saluran irigasi yang bermasalah.

Kerusakan jaringan irigasi Indonesia sekitar 3,5 juta ha lahan, baru terlaksana 10% di lining atau cor beton dari panjang saluran yang diperbaiki. Selebihnya, masih berupa saluran tanah yang rawan mengalami kebocoran atau kerusakan tetapi masih berfungsi dengan baik.
 
“Fisik jaringan irigasi di lapangan sudah ada, tinggal membenahi saluran irigasi atau revitalisasi bagian yang rusak atau biasa disebut proses lining,” katanya.

Menurut Rahmanto, tahun 2021 Ditjen PSP mulai merehabilitasi jaringan irigasi mendukung pembangunan irigasi untuk empat subsektor komoditas pertanian di tingkat provinsi dan kabupaten. Rehabilitasi jaringan irigasi sekitar 4.380 unit.
 
Satu unit jaringan berfungis mengairi 50 ha sawah dengan anggaran Rp75 juta/unit. Lalu, pengembangan irigasi perpompaan 650 unit dan pipa 154 unit.



Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 324 terbit Juni 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain