Foto: Istimewa
Ikan King Kobia, primadona baru unggulan perikanan budidaya
Lampung (AGRINA-ONLINE.COM). Kementerian Kelautan dan Perikanan membuktikan keseriusannya menjadikan komoditas kobia sebagai primadona baru unggulan perikanan budidaya.
Hal tersebut ditandai dengan dilakukanya panen perdana komoditas tersebut di desa Duren, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran - Lampung. Sebelumnya KKP mencanangkan desa Duren sebagai salah satu kampung kobia di Indonesia.
Sebagaimana diketahui, sebelumnya KKP juga telah melaunching brand image "King Kobia" sebagai label unggulan baru komoditas perikanan budidaya.
Panen yang juga turut dihadiri Bupati Pesawaran tersebut dilakukan di lahan milik kelompok Cemerlang Jaya bahari dan Cahaya Makmur Jaya dengan perkiraan hasil panen tahap pertama mencapai 374 kg dari kapasitas produksi total kedua kelompok yang mencapai 33 ton per siklus.
Masing-masing kelompok mengelola lahan seluas 0,5 hektar atau sebanyak 110 lubang KJA. Kegiatan panen tersebut juga sebagai ajang untuk menarik animo masyarakat untuk mulai menekuni usaha budidaya kobia.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto dalam pernyataannya di Lampung. Kamis (19/2), mengatakan bahwa panen raya king kobia di desa Duren menandakan keseriusan KKP untuk menggarap komoditas ini sebagai unggulan baru yang berpotensi memberikan kontribusi nilai ekonomi.
Menurutnya, keunggulan king kobia seperti pertumbuhan yang cepat dan kandungan nutrisi daging yang tinggi, memicu preferensi masyarakat untuk mengusahakan budidaya king kobia ini. Slamet menyakini berbagai keunggulan tersebut akan membuka peluang pasar yang lebih luas khususnya untuk orientasi ekspor.
Ia juga mengungkapkan bahwa saat ini demand untuk kebutuhan pasar dalam negeri belum terpenuhi, dan masih terbatas untuk konsumsi kategori premium. Oleh karenanya, menurutnya ini menjadi peluang tersendiri bagi masyarakat untuk mendorong budidaya king kobia sebagai altermatif usaha baru.
"Pasar king kobia ini sangat terbuka lebar. Untuk dalam negeri saja, kategori produk olahan premium demand nya belum terpenuhi. Baru ada satu perusahan yakni Sillyfish yang fokus pada pemasaran produk king kobia ini dengan suplai sekitar 20 ton perbulan. Saya kira yang akan kita lakukan ke depan yakni memperkenalkan produk ini di kalangan konsumen dalam dan luar negeri dan saya yakin melalui promosi dengan membuat branding "King Kobia", akses pasar akan terbuka luas. Dari hulu, secara teknologi kita sudah improve dengan baik, artinya dari sisi suplai bisa diatur sesuai kebutuhan pasar. Panen ini saya kira menandakan kesiapan di hulu untuk mensuplai kebutuhan pasar", tegas Slamet.
Slamet menambahkan untuk memperkenalkan komoditas king kobia ini ke masyarakat, dirinya akan meminta Ditjen Penguatan Daya Saing Produk membangun pasar khusus untuk produk King Kobia.
"Nanti saya akan coba berkoordinasi dengan pak Dirjen PDS untuk bisa membangun pasar dalam rangka promosi produk. Kita ingin produk King Kobia juga menjadi komoditas untuk menopang ketahanan pangan nasional khususnya dalam mencegah stunting. Pemerintah menargetkat hingga tahun 2024 tingkat konsumsi ikan dapat mencapai 73 kg per kapita per tahun. Saya kira jalan yang paling memungkinkan untuk memenuhi suplainya yakni dari budidaya dan king kobia akan kita genjot untuk menopang kebutuhan tersebut", pungkas Slamet.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Bupati Pesawaran, Dendi Romadhona, menyatakan terima kasik kepada KKP yang telah menetapkan Kabupaten Pesawaran sebagai sentra budidaya king kobia nasional. Ia berkomitmem untuk menjadikan komoditas king kobia ini menjadi nilai tambah ekonomi untuk masyarakat salah satunya dengan membangun pusat pelelangan dan sentra kuliner.
"Pada kesempatan ini saya juga berharap dukungan lainnya selain budidaya yakni dalam bentuk pendampingan dan bimbingan teknis cara pengolahannya untuk meningkatkan nilai tambah dengan memberdayakan ibu ibu pesisir", pinta Dedi.
Sabrina Yuniawati
Editor: Windi Listianingsih