Sabtu, 7 Desember 2019

PERIKANAN : King Kobia, Sang Pesaing Salmon

PERIKANAN : King Kobia, Sang Pesaing Salmon

Foto: Istimewa
China produsen King Kobia terbesar di dunia

Ikan laut ini digadang-gadang bisa menjadi unggulan baru Indonesia untuk menangguk devisa.  
 
 
Makan waktu pengembangan 13 tahun di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut  (BBPBL) Lampung, akhirnya King Kobia (Rachycentron canadum) siap meluncur ke pasar.
 
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo meluncurkan secara resmi ikan ini pada pembukaan acara Aquatica Asia & Indoaqua 2019 di Balai Kartini, Jakarta (6/11).
 
Edhy Prabowo menyampaikan apresiasinya kepada Kepala Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPPL) Lampung dan para stakeholder yang telah berhasil memproduksi King Kobia secara massal.
 
Keberhasilan ini menambah daftar varian komoditas budidaya bernilai ekonomis tinggi. “Saya pikir ini adalah salah satu tambahan baru pengembangan spesies budidaya ikan. Harapannya ke depan akan tumbuh spesies-spesies baru yang bisa dikembangkan,” ujar Menteri.
 
King Kobia termasuk spesies ikan laut yang gencar disosialisasikan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) kepada para pembudidaya.
 
Pasalnya, BBPPL Lampung telah sukses mengembangkan tata cara budidaya, mulai dari pemeliharaan induk, pemijahan induk, pemeliharaan larva, produksi benih, serta produksi ukuran konsumsi di Keramba Jaring Apung (KJA).
 
 
Berpeluang Ekspor
 
Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto mengutarakan, pangsa pasar King Kobia terbilang luas, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri.
 
Preferensi konsumen terhadap kualitas daging kobia sangat baik. Selain itu, pasar ekspor King Kobia cukup terbuka antara lain di Hongkong, Taiwan, Jepang, Australia, dan Eropa. 
 
“Sebagai negara yang telah berhasil kembangkan king kobia, ini menjadi peluang tersendiri bagi Indonesia untuk mendominasi supply share. Tentu akan berdampak pada penambahan devisa negara. Pemasaran King Kobia luas karena dapat dipasarkan sebagai ikan segar beku maupun fillet. Selain itu, King Kobia juga banyak digunakan untuk sport fishing (olahraga mancing, Red.),” ungkap Totok, begitu Dirjen biasa disapa.
 
Machmud, Direktur Pemasaran, Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), menimpali, permintaan terhadap King Kobia meningkat sehingga beberapa negara berlomba-lomba budidaya ikan tersebut.
 
Saat ini produsen King Kobia terbesar di dunia adalah China. Pada 2018, Negeri Tirai Bambu tersebut menghasilkan 40 ribu ton. Sementara Indonesia baru memproduksi 240 ton setahun. “Peluang ekspor King Kobia masih ada, maka mari maju bersama-sama untuk meningkatkan produksi dalam negeri,” ajaknya. 
 
 
 
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 15 Edisi No. 306 yang terbit Desember 2019. Atau, klik : https://ebooks.gramedia.com/id/majalah/agrina, https://higoapps.com/browse?search=agrina, https://www.mahoni.com, dan https://www.magzter.com/ID/PT.-Permata-Wacana-Lestari/Agrina/Business/

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain