Foto: Syatrya Utama
petani harus menerapkan pertanian presisi untuk meningkatkan kesejahteraannya
Jakarta (AGRINA-ONLINE.COM) – Berangkat dari pengalaman sebagai petani, berguru pada petani di Jepang, hingga menjadi guru bagi petani di Gambia, Afrika, Winarno Tohir, Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), menuangkan pemikirannya pada buku berjudul Pertanian Presisi Untuk Mensejahterakan Petani. Buku ini diluncurkan di Jakarta (15/4).
Hadir dalam peluncuran itu beberapa tokoh pertanian, seperti Sjarifuddin Baharsjah, Menteri Pertanian 1993-1998, Justika Baharsjah, Menteri Pertanian 1998-1999, Bungaran Saragih, Menteri Pertanian 2000-2004, Bayu Krisnamurthi, Wakil Menteri pertanian 2010-2011, Rahmat Pambudy, Dosen IPB, dan lainnya.
Menurut Winarno, petani harus menerapkan pertanian presisi untuk meningkatkan kesejahteraannya. Pertanian presisi didukung informasi akurat dalam mengambil keputusan pertanian.
Karena itu, peran teknologi dan informasi sangat penting untuk mengumpulkan, memproses, dan menganalisis data yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. Data tersebut antara lain lahan, benih, kandungan hara tanah, saluran irigasi, data cuaca, kebutuhan air, hingga prediksi serangan hama dan penyakit.
Meski begitu, ulasnya, “Pertanian presisi tidak harus menggunakan teknologi yang piawai.” Misalnya, untuk menentukan waktu tanam, cukup menggunakan teknologi yang tersedia berupa Kalender Tanam (KATAM) yang disediakan Kementerian Pertanian.
Informasi iklim bisa diakses melalui Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG). Pola tanam padi contohnya, bisa mengaplikasi sistem jajar legowo dan metode air macak-macak ala System of Rice Intensification (SRI).
Windi Listianingsih