Semakin tinggi kepemimpinan, makin sulit mengelola sumber daya manusia (SDM). Ada strategi khusus menanganinya.
Bekerja di perusahaan beken lagi bonafide tidak serta-merta membuat Ganesh Pamugar Satyagraha menikmati kenyamanan dan kepuasan dalam berkarya. Country Head Crop Protection PT BASF Distribution Indonesia ini merasa ada potensi yang belum tergali secara optimal. Apa yang dicari pria yang merintis karier sebagai ekonom Asian Development Bank (ADB) itu? Telusuri kisahnya bersama AGRINA.
Menyentuh Masyarakat
Bekerja bukan sekadar menghasilkan sejumlah uang. Menurut Ganesh, bekerja berarti berkarya, mewariskan peninggalan bermanfaat bagi diri, masyarakat, dan lingkungan. Sarjana Ekonomi lulusan Universitas Padjadjaran ini lantas mendedikasikan diri di ADB pada Juni 1999 dan melakukan analisis sosial dan perubahan ekonomi di Indonesia Timur.
Seiring waktu, ia merasa ada sesuatu yang kurang. “Saya nggak bisa all out (penuh semangat). Kalau nggak all out, hasil kerjanya juga kurang maksimal,” jelasnya. Ganesh berpikir, kiprahnya tak langsung menyentuh masyarakat karena di luar sistem. “Di Indonesia yang mengambil kebijakan itu Bappenas, kepala daerah. Kita cuma bisa kasih rekomendasi yang belum tentu diaplikasikan,” urainya.
Dia pun memutuskan berhenti dari ADB dan memulai karier sebagai salesman di distributor barang konsumsi terkemuka. “Saya keliling Jakarta bawa motor boks. Saya drop ke kios-kios kecil di pinggir jalan dan uang makan di ADB itu sama dengan gaji penuh di sales plus insentif,” paparnya terbahak.
Tak pelak cemooh menghampiri sebab keputusan meninggalkan profesi bergengsi dan diminati banyak orang. Ganesh menuturkan, “Awalnya teman-teman bilang, Nesh, percuma elu mau jualan 100 boks, insentifnya tetap Rp400 ribu. Saya bilang: ‘Ya nggak apa. Saya cuma mau buktiin teori saya bener nggak.’ Itu pembelajaran yang saya dapat.”
Bahkan, kiprah di BASF pun ia arahkan untuk membantu petani padi agar terbebas dari serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dan menaikkan panen. Ini salah satu kontribusinya dalam mendukung Indonesia mencapai swasembada pangan. “Itu lebih ada artinya daripada sejumlah angka (target penjualan),” cetusnya.
Sebagai salesman, pria kelahiran Jakarta, 28 Oktober 1977 ini memiliki strategi khusus. Ia membuat peta jalan (road map) penjualan berdasarkan komposisi penduduk. “Saya ke BPS minta map (peta), termasuk kelurahan ini isinya berapa orang, usia berapa. Sudah saya petakan semua di rumah, saya bikin road map,” katanya. Karena strategi tersebut, ia berhasil memenuhi target sebulan dalam 10 hari.
Pihak manajemen memperhatikan dan mengangkatnya menjadi kepala cabang. Posisi ini diraih dalam waktu 8 bulan. Dua bulan kemudian Master bidang Ekonomi dan Pembangunan Internasional dari Universitas Indonesia ini mengikuti tes sebagai pengawas. Mendengar pemaparan Ganesh, manajemen malah menetapkannya sebagai area sales manager. Bahkan, ia dipercaya membuat standar nasional prosedur penjualan.
Mengelola Manusia
Semakin tinggi kepemimpinan, sulung tiga bersaudara ini menilai, makin sulit mengelola sumber daya manusia (SDM). Maka, Ganesh menerapkan strategi unik. Ia mengoptimalkan kelebihan setiap SDM dan meramu menjadi tim yang seirama. “Anda nggak bisa ngajarin ikan terbang. Dia bisanya berenang. Mana yang bisa dia kontribusi, di situ (kembangkan),” tukasnya.
Untuk menyampaikan visi-misi perusahaan misalnya, ia menjelaskan secara rinci latar belakang dan tujuannya pada tim baris pertama. Tim ini yang menyebarluaskan ke staf level berikutnya. “Tapi secara garis besar, saya kasih news flash (sekilas info) jadi teman-teman di bawah ngerti,” ucapnya.
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 14 Edisi No. 292 yang terbit Oktober 2018. Atau, klik : https://ebooks.gramedia.com/id/majalah/agrina, https://higoapps.com/browse?search=agrina, https://www.mahoni.com, dan https://www.magzter.com/ID/PT.-Permata-Wacana-Lestari/Agrina/Business/