Jumat, 21 September 2018

Nabil Chinniah, Pertanian Masa Depan Indonesia

Setiap orang berpeluang mengembangkan usaha, tidak hanya hanya industri besar.

Bekerja di bidang pertanian merupakan keinginan terpendam Nabil Chinniah sejak kecil. Pria yang akrab disapa Nabil itu juga tidak melihat profesi petani atau dunia pertanian identik dengan kemiskinan. “Saya pikir kemiskinan tidak berkaitan dengan pertanian. Ada lebih dari cukup produksi pangan di dunia,” ungkapnya.

Sejak muda, President Director Neovia Indonesia itu memiliki passion (keinginan kuat) untuk memastikan pangan harus aman tersedia. Bahkan Nabil meyakini, tulang punggung suatu negara adalah pertanian, termasuk Indonesia.

Mengapa pria asal Negeri Jiran Malaysia ini begitu teguh meyakini masa depan Indonesia ada di sektor pertanian? Mari simak penuturan lengkapnya kepada AGRINA.

Masa Depan di Pertanian

Dalam pandangan Nabil, semua negara kaya seperti Amerika, Kanada, Australia, Eropa, hingga China dan India menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Amerika terkenal sebagai produsen utama kedelai dan jagung dunia, sedangkan Kanada beken dengan produksi gandum atau biji-bijian dan minyak nabati.

China selain sebagai produsen jagung kedua dunia juga tercatat sebagai penghasil kedelai terbesar keempat dunia dan produsen kapas dunia di bawah India. Sementara, India sebagai negara kelima penghasil kedelai dunia juga sukses menjadi pengekspor utama kapas dunia. “Tulang punggung setiap negara adalah pertanian. Indonesia harus memastikan masa depan negara ini adalah pertanian. Karena, semua negara kaya di dunia mengandalkan agriculture (pertanian),” tandasnya.

Bisnis pertanian sangat penting bagi masa depan bangsa Indonesia. Sebab itulah Nabil meminta pemerintah fokus memajukan sektor pertanian. Jika menilik produksi pertanian, ungkapnya, lebih banyak makanan yang diproduksi daripada dikonsumsi sehingga kerap terbuang. Sementara, industri hilir atau pascapanen belum banyak berkembang. “Seperti Indonesia, jagung yang diproduksi itu banyak menghilang sebab pascapanennya belum sempurna,” lontarnya.

Meski begitu, Nabil menangkap hal menarik selama membangun karir di Indonesia, yaitu banyak peternak kecil yang memelihara ayam petelur kurang dari 10 ribu ekor dan sukses. “Maknanya, semua orang di sini memiliki peluang untuk memelihara ayam petelur. Itu sangat penting. Bukan hanya pabrik besar yang bisa. Ini semua orang bisa, itu sangat bagus,” serunya takjub.

Bisnis Spektrum Luas

Sebelum terjun dalam industri peternakan, Nabil cukup lama bergelut di bidang pertanian. Sarjana Pertanian bidang Agronomi dari University of the Philippines ini mulanya bekerja menangani komoditas pertanian dan pertambangan garam milik Cargill. Di perusahaan asal negeri Paman Sam itu ia berkenalan dengan industri peternakan, khususnya imbuhan pakan.    

Kiprahnya selama 20 tahun di Cargill lantas mengantarkan pria kelahiran Malaka, Malaysia 5 Januari 1973 ini berkeliling negara dari Singapura, Belanda, Indonesia, dan Amerika. Selepas itu Nabil melanjutkan karir ke Trouw Nutrition – Nutreco, perusahaan multinasional asal Belanda yang bergerak di bidang imbuhan pakan, hingga Desember 2017. Kemudian, ia bergabung dengan Neovia, perusahaan asal Perancis pada Januari 2018 sebagai President Director.

Nabil menuturkan, keputusannya bergabung di Neovia lantaran perusahaan ini memiliki spektrum bisnis yang luas sebagai penyedia solusi nutrisi dan kesehatan ternak. Mulai dari penyediaan pakan ternak, imbuhan pakan, analisis laboratorium, hingga jasa konsultasi untuk pelanggan. “Jadi, ada banyak opsi untuk membantu pelanggan lebih sukses,” ungkapnya.

Di dunia, menurut pria berusia 45 tahun itu, tidak banyak perusahaan berspektrum luas seperti Neovia. Umumnya perusahaan hanya bergerak di satu bidang, seperti analisis pakan atau mikotoksin. “Kita bisa buat semua karena kita pakan lengkap, solusi nutrisi dan kesehatan. Itu yang menarik saya masuk ke Neovia,” ucapnya blak-blakan.

Agar lebih jeli melihat solusi yang bisa ditawarkan ke pasar, Nabil memfokuskan pengembangan perusahaan dengan meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia (SDM). Karyawan Neovia Indonesia khususnya, secara rutin mengikuti pelatihan di berbagai negara, seperti Brasil, Amerika, Perancis, Vietnam, dan Filipina untuk meningkatkan pengetahuan, keilmuwan, dan ketrampilan. “Ini yang penting untuk memperkuat kualitas mereka ketika bekerja,” tegasnya. Posisi penting perusahaan juga dipegang karyawan Indonesia, seperti Kepala bagian SDM, keuangan, dan operasional.

Selain itu, Nabil mengevaluasi cara perusahaan berkomunikasi dengan publik, termasuk pelanggan dan pemerintah. Tujuannya, publik paham tindakan perusahaan dalam membantu menaikkan kualitas makanan di Indonesia. Ia mengungkap, 67% penduduk Indonesia umurnya kurang dari 30 tahun yang berarti melek teknologi dan keamanan pangan. “Tugas kita membantu menaikkan mutu makanan dan pakan di Indonesia. Kalau pakan dan makanan aman, untuk manusia itu juga aman,” jelasnya.

Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 14 Edisi No. 291 yang terbit September 2018. Atau, klik : https://ebooks.gramedia.com/id/majalah/agrinahttps://higoapps.com/browse?search=agrina, https://www.mahoni.com, dan https://www.magzter.com/ID/PT.-Permata-Wacana-Lestari/Agrina/Business/

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain