Senin, 7 Mei 2018

Kontribusi Bank BRI Dukung Pertanian

Seluruh stakeholder wajib terlibat demi mewujudkan kedaulatan pangan nasional. Sejauh apa peran perbankan dalam mendukung kedaulatan pangan nasional?
 
 
Industri perbankan, terutama Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), terus diberdayakan untuk membantu petani Indonesia. Ada dua program yang menyentuh bidang pertanian, yaitu pemberian kredit dan program Kartu Tani. Hasil rapat koordinasi antara Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kementerian Pertanian, dan Himbara pada 20 Februari 2017 menyatakan, implementasi kartu tani 2018 untuk Banten, Jateng, dan Yogyakarta dilaksanakan oleh Bank BRI, Jabar oleh Mandiri, dan Jatim oleh BNI.
 
 
KUR Pertanian Bank BRI
 
Bank BRI termasuk salah satu bank milik negara yang banyak berkontribusi di bidang pertanian. Sepyan Uhyandi, Vice President Social Entrepreneurship Bank BRI mengungkapkan, sejak berdiri, 1895 sampai Februari 2018, Bank BRI telah menyalurkan kredit sektor pertanian kepada 1.683.196 debitur dengan total plafon sebesar Rp107,39 triliun. “Yang paling banyak dari sektor mikro. Ada sekitar 1,6 juta debitur,” terangnya dalam Seminar Nasional Kedaulatan Pangan 2018 dengan tema “Menuju Indonesia Lumbung Pangan 2045” di Jakarta (28/3).
 
Bank BRI menyalurkan kredit sektor pertanian kepada empat segmen, yaitu, korporasi, menengah, ritel, dan mikro. Rinciannya, sebesar Rp47,82 triliun kepada 80 debitur korporasi, Rp5,84 triliun untuk 102 debitur menengah, Rp10,03 triliun ke 29.587 debitur ritel, dan Rp43,67 triliun dinikmati 1.653.427 debitur mikro.
 
Kemudian, Bank BRI juga mengeluarkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga 7% per tahun. Ada dua jenis KUR yang dikeluarkan Bank BRI, yaitu KUR mikro untuk individu dan KUR kecil untuk individu/badan usaha. Perbedaannya pada jumlah plafonnya. KUR Mikro hanya memperoleh plafon maksimal Rp25 juta, sedangkan KUR kecil sebanyak Rp23 juta-Rp300 juta. “Kita memberi KUR Mikro di BRI Unit dan KUR Kecil di Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu,” papar Sepyan.
 
 
Kartu Tani
 
Kartu Tani  merupakan kartu debit BRI dengan desain khusus yang dapat membaca data petani. Di dalam kartu tani, tersimpan informasi data petani yang dapat dicek dengan mengakses database kuota melalui mesin EDC di kios pupuk agen BRILink. “Sekarang kita punya 310 ribu agen BRILink,” terang Sepyan. Data di kartu tani dapat diakses dan dibaca oleh Bank, Kementerian, BUMN Saprotan, dan Off-taker (penyerap hasil panen).
 
Mulyadi, petani padi di Desa Mendongan, Kec. Sumowono, Kabupaten Semarang, memberikan komentar positif tentang kartu tani. “Sampai saat ini baru saya pakai buat penebusan pupuk subsidi. Sebelum pakai kartu, waktu mau beli pupuk yang kita butuhkan belum pasti ada, harus nunggu kiriman. Setelah pakai kartu tani, pupuk tersedia pas kita membutuhkan,” katanya melalui aplikasi pesan singkat.
 
Hingga 23 Maret 2018, sudah ada 2,3 juta petani yang menerima kartu tani (96%) dan 5.510 Kios Pupuk Lengkap (KPL) menjadi agen BRILink (99) di Jateng. Sedangkan di Banten, ada sekitar 187 ribu kartu tani yang diterima petani (93%) dan 318 KPL yang menjadi agen BRILink (74%). Di Yogyakarta, ada 252 ribu kartu tani yang diterima petani (90%) dan 196 KPL yang menjadi agen BRILink (100%). Dan di Tasikmalaya, sudah ada 101 ribu kartu tani diterima petani (89%) dan 54 KPL menjadi agen BRILink (51%).
 
KPL yang menjadi agen BRILink, lanjut Sepyan, bisa mendapat banyak keuntungan karena berpeluang menambah penghasilan. “Bukan untuk jualan pupuk saja, tapi bisa menerima token listrik, pulsa, dan lainnya. Bisa ada tambahan penghasilan sekitar Rp3 juta-Rp4 juta/bulan,” papar alumnus Undip, Semarang, ini.
 
 
Pemantauan 
 
Untuk memudahkan pemantauan data, Bank BRI mengembangkan sistem dashboard kartu tani. Dashboard ini dapat diakses pemerintah dan PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) melalui komputer, tablet, maupun ponsel pintar melalui situs https://sinpi.bri.co.id. “Di dashboard bisa untuk monitor data petani, lahan, kebutuhan pupuk subsidi, dan pembelian pupuk subsidi,” jelas Sepyan. Pria kelahiran Majalengka ini menambahkan, data tersebut rinci per wilayah dan per petani dan ke depan akan dikembangkan agar bisa memuat data hasil panen.
 
Dengan adanya perubahan sistem, bisa jadi berimbas pada beberapa hal lainnya. “Ada yang bisa teranulir bisnisnya. Kalau program ini berhasil juga berimbas ke politik. Banyak hal lainnya. Namun demikian, kami yakin, dari sisi bisnis bisa 100% dilakukan untuk perencanaan ke depan,” tutup Sepyan.
 
 
Galuh Ilmia Cahyaningtyas

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain