BASF, salah satu perusahaan kimia terkemuka di dunia, bersama dengan Lien AID, organisasi nirlaba dengan rekam jejak kuat dalam penerapan proyek infrastruktur air berkelanjutan bagi desa miskin, meluncurkan proyek pengolahan air milik masyarakat di Provinsi Kampong Chhnang, Kamboja. Proyek ini bertujuan memperbaiki akses air bersih bagi 620 penduduk yang berada di dekat area Sungai Tonle Sap.
Dalam kemitraan unik ini, Lien AID yang telah mendirikan 18 wirausahawan air di 29 desa di 2 provinsi, akan memberikan arahan berdasarkan pengalaman mereka. Lima anggota pelatihan manajemen dari BASF berperan sebagai “konsultan bisnis” untuk proyek itu. Mereka akan memberikan ide-ide yang inovatif dan pada saat yang sama berinteraksi langsung melalui keterlibatan mereka, mulai dari penilaian terhadap kebutuhan sampai implementasi proyek.
Bidang Kimia Menjawab Tantangan
Dean Draper, Managing Director, Sub-wilayah ASEAN, BASF South East Asia Pte Ltd., mengatakan, “Pada 2050, ada lebih dari sembilan miliar manusia hidup di bumi. Sementara sumber daya alam tak berubah. Ini tantangan yang besar. BASF melihat inovasi bidang kimia sebagai pendorong untuk menjawab tantangan di bidang sumber daya, lingkungan dan iklim. Dalam hal ini, akses untuk air bersih menjadi sangat penting.”
Sebagai insiatif gabungan antara Lien AID dan BASF, proyek ini jadi landasan bagi BASF mengembangkan dan mengimplementasikan infrastruktur pengolahan air di Provinsi Kampong Chhnang bagi sekitar 100 rumah tangga. Proyek ini mengadopsi model wirausaha sosial, yakni setelah proyek ini diluncurkan, “pengusaha air” pilihan dari desa akan mengambil alih. Mereka lalu mengoperasikan fasilitas pengolahan air untuk memberi air minum yang aman dan terjangkau kepada masyarakat di sekitar Tonle Sap Lake. Saat ini, sekitar 53% penduduk yang jatuh sakit setidaknya sebulan sekali disebabkan air yang tak sehat.
Proyek ini dikembangkan sebagai bagian dari program dari Lien AID yang saat ini sedang berjalan, yaitu “Hadiah Air untuk Masyarakat Terapung serta Masyarakat di Daratan Banjir dan di Darat” (The Gift of Water for Floating Communities and Communities on the Floodplains and on Land). BASF merupakan perusahaan pertama yang bermitra dengan Lien AID untuk program itu.
Pengembangan Karyawan
Program tersebut mengambil pendekatan secara menyeluruh dan tak hanya ditujukan pada kebutuhan khusus penerima, tapi juga jadi landasan untuk manfaat jangka panjang bagi masyarakat. ”Termasuk kepemilikan masyarakat dan perubahan bertahap untuk perilaku yang higienis,” ujar Draper.
“Program ini terus memberikan hasil positif, yaitu dengan adanya proyek percontohan Lien AID yang pertama kali diluncurkan pada 2010 dan terus memberi manfaat bagi masyarakat. Kami memilih bekerja bersama BASF, khususnya di wilayah ini, karena kami terkesan dengan BASF yang membuat keberlanjutan sebagai bagian dari tujuan perusahaan dan atas upaya yang dikerahkan untuk perkembangan karyawan mereka,” ujar Koh Lian Hock, Chief Executive Officer, Lien AID.
Untuk BASF, proyek berkelanjutan ini juga menjadi program pengembangan karyawan yang tergabung dalam “Grow ASEAN Graduate Development Program”, yang diluncurkan Juli 2012. Menargetkan para sarjana dari berbagai jurusan disiplin ilmu di wilayah ASEAN, program 18 bulan ini bertujuan mengenali, mengembangkan dan menjaga talenta yang beragam untuk mendukung pertumbuhan BASF di masa mendatang. Dalam langkah pertama ini, direkrut lima peserta pelatihan dari Indonesia, Singapura, Thailand dan Vietnam.
“Menjadi bagian dalan inisiatif ini mendorong rekan muda BASF berkolaborasi melintasi benua dan menyediakan kesempatan pengembangan karir dan pribadi yang menyeluruh,” ujar Draper. Proyek untuk air ini, tambahnya, menjadi salah satu bagian dari dukungan BASF untuk menjaga lingkungan, memastikan makanan berkualitas dan bernutrisi, serta memperbaiki kualitas hidup manusia.
Syaiful Hakim