Kementerian Perdagangan memperkirakan besaran inflasi pada 2013 mencapai 8,5 persen Walaupun akan ada sedikit tekanan harga akibat meningkatnya konsumsi menjelang natal dan tahun baru.
“Kita cukup optimis inflasi tahun 2013 hanya akan ada di angka 8,5 persen Kita tetap harus memperhitungkan kenaikan BBM tahun ini dan faktor-faktor kenaikan komoditi demikian juga pengaruh dari kurs. Kalau kita bisa mencapai 8,5 persen. Saya kira itu angka yang cukup baik,” jelas Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (6/11).
Secara umum inflasi pada Oktober 2013 sebesar 0,09 persen (month to month), 8,32 persen (year on year/ Oktober tahun ini terhadap Oktober 2012) dan 7,66 persen (year to date/ 1 Januari 2013 sampai 31 Oktoer 2013). Inflasi terbesar disumbangkan oleh makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,55 persen diikuti transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,53 persen, kesehatan 0,33 persen, pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,31 persen, perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,26 persen.
Menurut Bayu, penyebab inflasi pada makanan dan minuman jadi, pada September lalu produsen masih menggunakan bahan dari stok bahan baku tiga bulan sebelum kenaikan, sehingga pada bulan September harga produknya belum naik. Selain itu, selama bulan puasa dan lebaran, para pedagang melakukan strategi dengan sengaja menjaga harga barang tetap stabil.
“Memang tak dapat dipungkiri, dari sekian banyak bahan makanan, cabai merah tetap memberikan kontribusi inflasi yaitu peningkatan harga sebesar 34 persen,” jelasnya.
Di sisi lain, Bayu merinci, kita juga punya bawang merah yang harganya relatif turun 13 persen, jengkol pada Oktober turun 19,31 persen, dan tomat sayur 20,68 persen.
Ratna Budi Wulandari