Semua petani tentu inginkan hasil maksimal tiap musim tanam datang. Selain harus mewaspadai OPT, pemilihan pupuk yang tepat pun teramat penting.
Musim tanam padi 2013-2014 telah tiba! Seperti diungkapkan dalam Kalender Tanam Terpadu Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian (Kementan), awal musim tanam padi secara nasional pada 2013-2014 bakal berlangsung pada Oktober-November ini.
Tapi, menurut Haryono, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian, Kementan, ada pengecualian untuk daerah Sumatera bagian utara dan Jawa bagian selatan, serta Kalimantan bagian barat yang awal musim tanamnya dimulai pada September lalu. “Demikian pula untuk wilayah Bali dan Nusa Tenggara serta Maluku yang akan memulai musim tanamnya pada Desember mendatang,” papar pertengahan September silam.
Potensi awal tanam yang dominan pada MT I (MH) 2013/2014 di Sumatera dan Jawa adalah pada Oktober II-III, di Bali-Nusa Tenggara dan Papua adalah November III-Desember I, di Kalimantan dan Sulawesi adalah Januari I-II. Sedangkan di Maluku adalah pada November I-II. “Sedangkan potensi luas tanam padi di lahan sawah secara nasional pada MT I (MH) 2013/2014 ini sekitar 7.715.882 ha atau sekitar 93,45% dari luas baku sawah yang 8.243.329 ha,” tambah Haryono.
Mencermati IklimTerindikasi pula beberapa kabupaten di Indonesia merupakan wilayah rawan dan sangat rawan terhadap banjir di lahan sawah pada MT I, terutama di sebagian Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi. Beberapa kabupaten lainnya juga merupakan wilayah rawan dan sangat rawan terhadap kekeringan di lahan sawah pada MT I, terutama di sebagian Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Aceh, dan Jawa Barat.
Pada wilayah yang akan mengalami sifat hujan di bawah normal, tambah sarjana statistika IPB 1980 ini, direkomendasikan penanaman padi berumur sangat genjah dan ultra genjah dan/atau varietas yang lebih tahan kekeringan, seperti Inpari 1, Inpari 10, Inpari 11, Inpari 12, Inpari 13, Situbagendit, Silugonggo, dan Situpatenggang dan Dodokan. ”Selain itu, perlu diantisipasi pula dengan memanfaatkan sumber air alternatif seperti air permukaan, embung, pompanisasi, dan lainnya,” jelasnya.
Terkait benih, imbuh doktor alumnus Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand tersebut, secara nasional dibutuhkan benih sebanyak 151.679 ton. Namun, secara umum, varietas yang dibutuhkan sesuai sebaran umum varietas dan kondisi agro-ekologi dan preferensi petani.
Mewaspadai OPT
Sedangkan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang harus diwaspadai ada tiga. Ketiga OPT ini dianggap dominan, yakni penggerek batang padi, tikus, dan kresek. Penggerek batang dan tikus hampir ada di seluruh provinsi, tambah Haryono, sedangkan untuk kresek terutama menyerang di sentra-sentra produksi padi.
Serangan penggerek batang, menurut Agus Suryanto, Brand Manager PT Bina Guna Kimia, amat berbahaya. Soalnya, ia mampu mengurangi jumlah anakan, mematikan malai, menyebabkan bulir padi hampa, penyebaran ke seluruh lahan, dan puncaknya penurunan hasil panen. Selama lima tahun terakhir, hanya tikus yang bisa mengalahkan dominasi serangan penggerek batang di lahan petani.
Hama ini juga tak pandang umur dalam menyerang padi. Sejak persemaian hingga masa generatif, serangannya dapat mengancam. “Kalau sudah menyerang itu sangat sulit dikendalikan. Karenanya kita menekankan pencegahan sejak dini di persemaian,” ujar Agus.
Dalam mengatasi penggerek batang, dibutuhkan insektisida yang bekerja secara kontak dan sistemik. Keduanya dipenuhi oleh Furadan 3GR, produksi PT Bina Guna Kimia, sebagai insektisida yang sudah sangat dikenal petani selama 40 tahun. Insektisida ini melindungi seluruh jaringan tanaman mulai dari akar hingga ujung daun, tapi tak sampai ke bulir padi. Selain mengatasi penggerek batang, Furadan 3GR juga efektif mengatasi serangan wereng hijau.
Siapkan Pemupukan
Terkait pupuk, yang dianjurkan untuk padi adalah pupuk majemuk NPK ditambah pupuk susulan urea, dikombinasikan dengan pupuk organik dari berbagai sumber. “Atau mengembalikan tanaman sisa panen ke lahan,” ucap Haryono.
Kombinasi dengan pupuk lain memang menarik. Soalnya, ini membuka kesempatan bagi produsen pupuk menghadirkan produknya jadi andalan petani. ”Tantangan ke depan bagi pertanian kita adalah lahan garapan semakin sempit dan iklim tak menentu akibat pemanasan global. Agar produksi tak menurun, tak ada jalan lain kecuali meningkatkan produktivitas sehingga panen petani tetap tinggi dan pendapatannya bisa bertambah,” ungkap Ir. Markus Wibowo, Direktur Utama Saprotan Utama, Semarang, dalam sambutan pada acara “Gebyar Pengundian Fertiphos” di Restoran Sindang Reret, Karawang, Jawa Barat beberapa waktu lalu.
Itu sebabnya, tambah Markus, Saprotan Utama selalu berusaha menyediakan sarana produksi tanaman, seperti benih, pupuk, dan pestisida yang berkualitas agar produktivitas petani tetap tinggi. Salah satunya adalah pupuk Ferthipos.
”Fertiphos juga dapat membantu kekurangan ketersediaan pupuk subsidi yang dipasok pemerintah untuk para petani terutama padi. Kami perkirakan kebutuhan akan pupuk SP36 untuk tanaman padi di Banten dan Jabar sekitar 172.500 ton. Sedangkan yang disediakan pemerintah 114.000 ton, berarti masih kurang 58.500 ton. Melihat ketimpangan ini, Saprotan Utama mencoba memenuhi kebutuhan petani dengan menyediakan Fertiphos,” timpal Agus Hananta, Fertilizer Manager Saprotan Utama.
Sementara itu Dea M. Yusuf, Sales Supervisor PT Multi Sarana Sejahtera, mewanti-wanti bahwa pengomposan jerami dan tunggul padi segera setelah panen selesai menjadi langkah pilihan bagi petani untuk mempercepat waktu tanam musim selanjutnya. Padi yang ditanam pun tak akan terganggu proses pengomposan. Caranya, dengan aplikasi bakteri Bio-Digest, dalam 5-7 hari setelah panen, lahan akan siap ditanami kembali.
Bio-Digest merupakan pelumat tunggul dan jerami padi yang mengandung enam strain bakteri Bacillus. Bakteri ini mengeluarkan enzim khusus untuk menghancurkan lapisan kompleks dan unsur organik sedemikian rupa sampai menjadi molekul kecil. Pada akhirnya, tunggul dan jerami yang tersisa akan diubah jadi humus dan nutrisi.
Penggunaan Bio-Digest semakin lengkap jika ditambah dengan aplikasi MSS BioSoil+ yang berfungsi sebagai pembenah tanah. MSS BioSoil+ berbentuk tablet dan dapat mengembalikan produktivitas tanah dengan menambahkan populasi mikroba alami tanah. Selain itu, organisme yang mati akibat paparan bahan kimia, cuaca panas dan dingin, serta pembakaran pun dapat tergantikan.
Langkah serupa dilakukan PT Meroke Tetap Jaya yang menghadirkan produk YaraLiva Nitrabor. Dengan mengaplikasikan YaraLiva Nitrabor, tidak hanya hasil panen yang meningkat, tapi juga membuat tanaman padi lebih kuat dan sehat. Mengaplikasikan produk ini membuat tanaman jauh lebih tahan terhadap serangan hama penyakit.
Ketahanan tanaman merupakan peran dari kalsium dan boron yang terkandung dalam YaraLiva Nitrabor. Kalsium berperan penting bagi penguatan dinding sel serta perekat antara dinding sel dalam tanaman. Dinding sel lebih kuat menjadikan tekstur batang menjadi lebih keras sehingga cenderung tidak disukai hama. Peran kalsium diperkuat dengan adanya boron. Bersama-sama, kalsium dan boron berfungsi sebagai integritas dinding sel.
Memperbaiki Topsoil
Sedangkan PT Novelvar menghadirkan produk Novelgro Terra untuk memperbaiki topsoil. Topsoil adalah media tumbuh yang menjadi sumber utama pemasok kebutuhan tanaman, mulai dari air, nutrisi, dan biokimia penting lainnya untuk pertumbuhan. Perbaikan mutu topsoil biasanya dilakukan dengan penambahan zat organik, seperti kompos, pupuk kandang, dan sisa hasil pertanian. Namun, untuk memenuhi 1% kebutuhan zat organik stabil (humus), dibutuhkan 5% zat organik mentah (nonhumus).
Jadi, jika topsoil yang hendak diperbaiki setebal 20 cm seluas satu hektar, maka dibutuhkan 2.000 ton x 5% = 100 ton zat organik mentah (kompos, pupuk kandang). Jumlah ini jelas sangat besar.
Untuk mengatasi hal itu, Novelgro Terra yang merupakan zat konsentrat dari humus (zat organik stabil) mampu menjadi solusi. Zat ini menawarkan beberapa manfaat sekaligus, seperti menetralisir faktor penghambat pertumbuhan, mengurangi efek kemasaman tanah, mendorong pertumbuhan mikroflora, seperti rhizobium, mikoriza, dan aspergilus, meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK), dan membantu proses agregasi tanah. Aplikasi Novelgro Terra dapat meningkatkan hasil panen rata-rata sampai 25%.
Lain lagi langkah PT Sanitas. Bekerja sama dengan PT Bionusa, mereka menghadirkan Pupuk Hayati Taurus ”Emas”. Seperti diungkapkan Ato Ruhnato, Business Development PT Sanitas, produk ini adalah pupuk hayati dengan teknologi terbaru. ”Soalnya, tak perlu lagi distarter. Juga kandungannya terdiri dari tiga bakteri dan satu jamur pilihan yang sangat adaptif untuk tanah yang sudah sakit,” ujar Ato dalam acara Field Trip Penggunaan Pupuk hayati ”Emas” Taurus di Cilamaya Wetan, Karawang, Jawa Barat, awal Oktober lalu.
Dua bakteri itu, tambah Ato, sebagai penangkap N bebas, sedangkan satu bakteri lagi dan satu cendawan sebagai pelarut P yang diikat oleh tanah. Jadi, penggunanan nitrogen dan fosfat lebih efisien. Ato merekomendasikan penggunaan pupuk hayati ini bakal menurunkan pemakaian N dan P sebanyak 50%. Dari hasil uji, tandasnya, terbukti mampu naikkan hasil panen padi 30%-40%.
Persiapan yang cermat tentulah menjanjikan hasil panen padi yang diharapkan, bukan? Jadi, jangan tunda bertindak.
Syaiful Hakim, Renda Diennazola