Topsoil adalah lapisan paling atas kulit bumi tempat akar tanaman berkembang. Bila topsoil sehat, tanaman akan kuat dan hasil panen melimpah.
Topsoil merupakan media tumbuh yang menjadi sumber utama pemasok kebutuhan tanaman, mulai dari air, nutrisi, dan biokimia penting lainnya untuk pertumbuhan. Orang awam mengenal topsoil yang baik sebagai tanah subur atau tanah sehat. Dikatakan subur karena akan memberikan hasil panen yang banyak, dan dibilang sehat lantaran memenuhi syarat-syarat untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
Secara umum, topsoil yang baik dan sehat memenuhi syarat-syarat tertentu. Di antaranya, harus bersih dari akar-akar tumbuhan, gumpalan, dan bebatuan lebih besar dari 2,5 cm, timbunan pasir kasar, gulma, batang kayu, sampah, dan kotoran lainnya. Tanah ini juga bebas hama pengganggu dan pembawa penyakit. Teksturnya gembur dan remah sehingga aerasi dan pengolahannya mudah. Di samping itu, tanah mampu merembeskan air dengan kecepatan 2,5 - 25 cm/jam.
Topsoil sebaiknya mengandung bahan organik dalam jumlah 3% – 6% untuk memberikan sifat fisik yang baik, C/N rasionya sekitar 10. C/N rasio tinggi mengindikasikan adanya zat hidrokarbon (minyak) atau bahan organik yang bukan humus. Derajat kemasamannya (pH) antara 6 – 7,9.
Upaya MenyehatkanUntuk memenuhi kriteria topsoil baik dan sehat, diperlukan upaya fisika, kimia, dan biologis secara terpadu dan komprehensif. Namun pertimbangan ekonomilah yang menjadi prioritas.
Sebagai contoh, upaya fisika seperti pengolahan tanah untuk memperbaiki daya rembes air dan udara. Langkah ini dipadu dengan pemberian zat organik stabil sebagai upaya kimia mempertahankan kerapatan isi tanah dan merangsang pertumbuhan mikro flora dan mikro fauna bermanfaat. Ini sekaligus upaya biologis untuk mempertahankan agregat tanah.
Selain itu, di dalam tanah sering terdapat zat-zat kimia yang bersifat menghambat pertumbuhan tanaman atau dikenal dengan Faktor Penghambat Tumbuh (FPT). FPT dapat berupa logam-logam seperti aluminium, boron, logam-logam mikro yang berlebihan, logam-logam berat serta residu pestisida. Remediasi FPT ini umumnya dilakukan secara kimiawi atau dengan penambahan zat organik.
Perbaikan mutu topsoil biasanya dilakukan dengan penambahan zat organik, seperti kompos, pupuk kandang, dan sisa hasil pertanian. Namun untuk memenuhi 1% kebutuhan zat organik stabil (humus), dibutuhkan 5% zat organik mentah (nonhumus). Misalnya, jika topsoil yang hendak diperbaiki setebal 20 cm seluas satu hektar, maka dibutuhkan 2.000 ton x 5% = 100 ton zat organik mentah (kompos, pupuk kandang). Bayangkan kalau ingin membentuk topsoil yang sehat diperlukan 3% – 6% zat organik stabil, maka diperlukan 60 - 120 ton zat organik mentah. Sungguh jumlah yang sangat besar.
Untuk mengatasi hal tersebut, dikembangkan produk Novelgro Terra yang merupakan zat konsentrat dari humus (zat organik stabil). Zat ini menawarkan beberapa manfaat sekaligus, seperti menetralisir FPT, mengurangi efek kemasaman tanah, mendorong pertumbuhan mikroflora, seperti rhizobium, mikoriza, dan aspergilus, meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK), dan membantu proses agregasi tanah.
Produk pembenah tanah tersebut juga melarutkan fosfat yang terikat oleh kapur dan tanah sehingga unsur P menjadi tersedia bagi tanaman, menyangga larutan pupuk agar tidak tercuci oleh air, dan membantu transportasi nutrisi ke dalam inti sel tanaman.
Dengan berbagai manfaat itu, aplikasi Novelgro Terra dapat meningkatkan hasil panen rata-rata sampai 25% dengan biaya Rp137.500/hektar. Ini tentu berita baik bagi para pemilik lahan yang tanahnya sudah rusak. Apalagi cara penggunaannya sangat gampang. Tinggal diaplikasikan pada tanah sewaktu olah tanah terakhir atau saat penanaman dengan dosis 400 cc/hektar. Novelgro Terra juga dapat dicampur dengan kompos, pupuk kandang, atau urea.
Peni Sari Palupi