Setelah tikus, penggerek batang masih betah menjadi hama yang paling mengganggu petani. Pencegahannya terbaik dimulai sejak persemaian.
Mengurangi jumlah anakan, mematikan malai, menyebabkan bulir padi hampa, penyebaran ke seluruh lahan, dan puncaknya penurunan hasil panen. Demikian yang akan terjadi pada tanaman padi jika terserang hama penggerek batang. Selama lima tahun terakhir, hanya tikus yang bisa mengalahkan dominasi serangan penggerek batang di lahan petani.
Gawatnya, hama ini tidak pandang umur dalam menyerang padi. Sejak persemaian hingga masa generatif, serangannya masih mengancam. “Kalau sudah menyerang itu sangat sulit untuk dikendalikan. Karenanya kita menekankan pencegahan sejak dini di persemaian,” ujar Agus Suryanto, Brand Manager PT Bina Guna Kimia kepada AGRINA saat dihubungi melalui telepon.
Furadan 3G“Jika menyerang sejak di persemaian, mau tidak mau tanaman harus disemai ulang. Yang sudah telanjur terserang tidak mungkin tumbuh lagi, pasti mati. Dipaksakan transplanting pun pasti akan mati. Tentunya kalau dicegah sejak awal, akan menghemat penggunaan bibit,” tutur Agus.
Dalam mengatasi penggerek batang, dibutuhkan insektisida yang bekerja secara kontak dan sistemik. Keduanya dipenuhi oleh Furadan 3GR, insektisida yang sudah sangat dikenal petani selama 40 tahun. Insektisida ini melindungi seluruh jaringan tanaman mulai dari akar hingga ujung daun. Selain mengatasi penggerek batang, Agus menambahkan, Furadan 3GR juga efektif mengatasi serangan wereng hijau.
Selama ini, petani hanya menggunakan Furadan 3GR sebagai pencampur pupuk dan diposisikan sebagai nematisida atau imunisasi tanah. Biasanya, dalam satu musim tanam pestisida ini hanya digunakan satu kali pada pemupukan pertama dengan dosisi 6 kg/ha. Agus merekomendasikan, dosis yang tepat sekitar 20 kg/ha atau 30 kg/ha pada wilayah dengan serangan berat.
“Aplikasinya pun kita anjurkan tiga kali karena penggerek itu ‘kan akan ada di sepanjang umur padi. Jadi berbarengan dengan pemupukan pertama pada 15-20 hari setelah tanam (HST), kemudian pada pemupukan kedua di atas 30 HST, dan terakhir aplikasi Furadan 3GR tunggal pada 50-60 HST,” imbuh alumnus Universitas Sebelas Maret, Solo, ini.
Pihak PT Bina Guna Kimia juga menganjurkan penggunaan Furadan Blower agar aplikasinya lebih merata dan tepat dosis. “Ini sebagai alat tabur agar merata, efisien waktu, dan tenaga. Dalam aplikasinya dapat menghemat waktu 5-6 jam, dan cukup dengan satu orang tenaga kerja. Saat ini baru diperkenalkan di Subang dan Karawang,” tambah Agus.
Predator Aman
Efek samping dari aplikasi pestisida yang selama ini tidak disadari petani adalah turut mematikan predator atau musuh alami hama. Tidak heran, dari tahun ke tahun populasi hama semakin bertambah dan tidak terkendali. Furadan 3GR justru dapat dikategorikan sebagai insektisida yang ramah lingkungan.
“Pemerintah saat ini ‘kan juga menyarankan pengendalian hama terpadu yang ramah lingkungan. Furadan 3GR tidak membunuh musuh alami dan predator karena bahan aktif Furadan 3GR umumnya diserap melalui akar dan tidak mengenai tubuh predator maupun musuh alami secara langsung. Itu juga yang kami informasikan kepada petani,” tandas Agus.
Renda Diennazola