Senin, 7 Oktober 2013

LIPUTAN KHUSUS : Diumbar Bisa Jadi Pilihan

Tersedianya lahan penggembalaan yang luas, memungkinkan peternakan sapi dengan sistem diumbar (ranch) seperti di Australia.

Investasi peternakan sapi potong di Indonesia cukup menggiurkan. Pasalnya, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saja pemerintah perlu mendatangkan sapi bakalan hingga daging sapi beku dari Australia. Di mana saja lokasi yang memungkinkan untuk beternak sapi?

Diumbar

Ingin beternak sapi di lahan kering yang luas seperti di Australia? Papua Barat tempatnya. Wilayah Papua Barat yang terbentang seluas 11 juta ha itu dipenuhi lahan kering sekitar 2,7 juta ha. 

Papua Barat dengan luasan area kurang lebih 11 juta ha, ternyata dipenuhi 2,7 juta lahan kering berupa padang rumput. “Dari lahan kering itu, baru 700 ha yang dikelola investor atau petani. Jadi begitu luas lahan yang belum dikelola investor atau siapa saja yang ingin membangun di Papua Barat,” ujar Dr. Ir. Harry Uhi, M.Si, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Papua Barat.

Menurut Harry, Papua Barat mempunyai potensi peternakan sapi yang dikembangkan dalam sistem ranch, seperti di Australia. Sistem ranch ini bisa dikembangkan di dua tempat, yaitu Kebar, Kab. Tambrauw seluas 30 ribu ha dan Bomberai, Kab. Fak-fak seluas 46 ribu ha. Selain itu, ada juga di Kab. Sorong seluas 800 ha, Manokwari dan Kaimana masing-masing sekitar 1.500 ha dan 1.000 ha. “Tahun ini kita akan mengembangkan 3.000 ha untuk kita buat ranch. Dana sudah siap,” tukas Harry meyakinkan.

Penetapan lokasi padang rumput sebagai kawasan ranch berdasarkan kajian yang dilakukan bersama-sama dengan IPB. Tahun ini pemerintah daerah (pemda) Papua Barat akan membuat padang ranch seluas 3.000 ha di Bomberai untuk menampung sebanyak 6.000 ekor sapi dan sekitar 1.500 ha di Kebar yang sudah berisi 2.000 ekor sapi. Sapi yang akan dikembangkan adalah sapi bali. “Ranch itu semuanya tersebar seperti padang rumput. Hanya ada hutan-hutan kecil di sini tapi sejauh mata memandang padang rumput dan ini sama seperti di Australia,” paparnya.

Sertifikasi Tanah

Menjawab keraguan investor terkait status legal kepemilikan lahan, pemda Papua Barat mensertifikasi 19 ribu ha tanah pada tahun ini. “Dari pemerintah provinsi kita akan mendata kembali hak-hak ulayat milik masyarakat di sana, mulai dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD), Badan Pertanahan Nasional, dan kepala-kepala suku untuk menunjukkan tanah hak ulayat mereka yang benar,” terang Harry.

Sementara itu, Dinas Pekerjaan Umum pun menggelontorkan dana senilai Rp9,4 miliar untuk membuat tata kelola air berupa lima buah sumur dan dua penampungan air yang bersumber dari sungai. “Itu sudah mulai kita bangun untuk kelompok peternak, ada untuk unit pelaksana teknis daerah (UPTD) sehingga investor tidak usah ragu lagi karena pemda ada di situ, masyarakat tidak akan klaim,” imbuh Harry meyakinkan.

Bagaimana dengan infrastruktur jalan dan pelabuhan? Jalan dari kawasan Bomberai menuju pelabuhan hanya 6 jam dengan kondisi jalan sudah beraspal. Akses jalan di Kebar pun sudah ada yang menghubungkan Manokwari dan Sorong. “Tahun ini akan dibangun lagi 1.000 km sehingga akses itu bisa masuk semua. Jadi, di Papua Barat jalan tembus membuat 11 kabupaten kota akan tersambung dan sudah bisa melakukan gerakan ekonomi dengan cepat,” ulas Harry. Dia menambahkan, sarana pelabuhan pengangkut ternak juga akan dibangun di Kebar dan Bomberai untuk kegiatan ekspor dan impor.  

 Sulsel

Sulsel merupakan produsen sapi terbesar ketiga di Indonesia yang cocok dijadikan tempat investasi peternakan sapi potong. Menurut Ir. H. Syamsul Bahri, M.Si, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulsel, populasi sapi potong di Sulsel mencapai 1,1 juta ekor pada 2012.  “Sulsel ditunjuk sebagai produsen sapi potong untuk suplai beberapa provinsi di kawasan timur Indonesia bahkan Jakarta, Jawa Barat, dan beberapa Sumatera,” ungkap Syamsul.

Dari nilai itu sebanyak 11 ribu ekor sapi dikirim keluar daerah, sedangkan 75 ribu ekor untuk konsumsi lokal. Yang menggembirakan, target populasi sapi mencapai 1 juta ekor pada 2013 sudah terlampaui. Permintaan terhadap sapi yang masuk tahun ini pun mencapai 20 ribu ekor.

Apalagi sebagai lumbung pangan yang sudah kelebihan stok sebanyak 2,5 juta ton, limbah pertanian itu berpeluang menjadi pakan ternak. “Menurut analisis kami, kita masih bisa mencapai populasi 2,5 juta ekor sapi untuk pemanfaatan limbah-limbah pertanian itu,” ujar Syamsul optimistis. Dengan luas wilayah 45 km2, Sulsel mempunyai padang penggembalaan mencapai 144 ribu ha. Selain itu, “Dengan rata-rata curah hujan 8-9 bulan dan kemarau 3-4 bulan, saya kira peluang investasi peternakan sangat luar biasa,” timpalnya.

Hulu-Hilir

Syamsul menjelaskan, Pemda Sulsel menawarkan peluang investasi peternakan sapi di sektor hulu, hilir, dan penunjang. “Kami butuh pabrik pakan, bibit, industri obat-obatan, alat dan mesin peternakan karena masih sangat terbatas. Di sektor budidaya, kami butuh investor untuk melakukan pembibitan karena permintaan sapi dari Malaysia dan beberapa negara lain cukup banyak. Lalu penggemukan. Permintaan untuk DKI dan Jabar untuk 2013-2014 ditarget kurang lebih 22 ribu ekor sapi sehingga kami berupaya melakukan pembibitan sapi,” papar Syamsul panjang lebar.

Sementara di sektor hilir, Syamsul menawarkan industri rumah pemotongan hewan (RPH) dan pengolahan daging, seperti sosis dan abon. “Kami harapkan ke depan bukan lagi mengeluarkan ternak hidup tetapi hasil olahan,” imbuhnya.

Untuk menunjang kelancaran berbisnis, fasilitas infrastruktur transportasi barang dan jasa tersedia melalui darat, laut, dan udara. ”Bandara Sultan Hasanuddin sudah 24 jam online. Hampir semua kabupaten memiliki pelabuhan laut. Kami juga memiliki pelabuhan internasional Soekarno-Hatta yang melayani kontainer-kontainer besar untuk ekspor,” urai Syamsul.

Pada 2014 mendatang Sulsel berencana membangun jalur kereta api. ”Tahap awal Makassar sampai Parepare dan akan terkoneksi sampai ke Manado. Mungkin ternak-ternak nanti cukup dengan kereta api saja,” tukas dia. Ditambah lagi, pemda juga merancang kapal khusus peternakan untuk memudahkan mobilisasi peternakan seluruh Indonesia.

Jadi, kurang apa lagi? 

Windi Listianingsih

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain