ATV tidak hanya unggul di perkebunan. Kendaraan roda tiga ini sangat membantu aktivitas di bidang peternakan bahkan perikanan.
Jalan dengan kontur yang naik turun, berlubang-lubang, sempit, licin saat musim hujan, dan berdebu pada musim kemarau, tidak hanya dapat ditemukan di perkebunan sawit. Di lingkungan peternakan besar pun acapkali ditemukan kondisi jalan yang tidak jauh berbeda baik di jalan utama maupun jalan di sela kandang.
Truk ataupun traktor dapat dikatakan menjadi alat angkut utama yang bisa melalui jalan dengan kondisi demikian. Namun, bobot kedua jenis kendaraan ini cukup berat sehingga justru akan membuat kerusakan jalan semakin parah. Belum lagi suara bising yang dihasilkan saat kendaraan besar tersebut lewat. Bisa-bisa ternak menjadi stres dan mogok berproduksi. Lalu apa solusinya?
Pemotongan tradisional masih banyak yang belum menerapkan standar keamanan pangan. Walhasil, daging hasil pemotongan tersebut banyak mengandung bakteri yang mempercepat proses pembusukan. “Yang tradisional ‘kan masih motong di lantai sehingga ayam kontak terus dengan kontaminan, bakteri, dan limbah pemotongan. Selain itu penirisan darah nggak optimal, jadi daging ayam kadang masih merah. Kalau disimpan, risiko busuk lebih cepat karena penirisan darah nggak tuntas,” beber Entang.
Untuk meningkatkan kualitas pemotongan ayam, keberadaan alat-alat pemotongan sangat diperlukan. Apalagi peralatan ini tak harus mahal. CV Diva Sarana Mulya ini misalnya, telah menyiapkan alat-alat pemotongan dengan harga terjangkau. Mengenai harga, Entang menyatakan, “Harganya hanya seperlima impor. Bila dibandingkan harganya kayak mobil buatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan mobil buatan Jerman,” cetusnya. Seperti perusahaan mobil, mereka pun membuat tingkatan produk berdasarkan harga dan ukurannya.
Peminat
Alat-alat pemotongan buatan Yogyakarta ini tak cuma dipakai seputar Kota Gudeg tetapi juga telah menyeberang ke Kalimantan dan Sulawesi. Untuk menghemat transpor, alat dikirim dalam bentuk lembaran. Entang menambahkan, “Kita bikin setengah jadi dulu, lalu kita rakit di lokasi pemotongan.”
Dengan inovasi yang terus dilakukan, tak pelak jumlah pemesan semakin banyak. Mulai dari peternak mandiri, perusahaan, bahkan beberapa dinas peternakan telah memilih perusahaan ini. “Kalau kita dulu buat mulai dari kapasitas 500 ekor/jam, sekarang sudah nggak kekejar. Bahkan, sekarang sudah banyak yang inden ke kita, pesanan lima sampai enam bulan ke depan ini masih terjadwal,” ucap pria yang pernah berkarir di perusahaan pakan selama 14 tahun tersebut. Sekarang CV Diva Sarana Mulya hanya menyediakan kapasitas terkecil 1.000 ekor/jam sampai 4.000 ekor/jam.
Menurut Entang, salah satu keunggulan alat dari perusahaan ini adalah sangat hemat energi. Pada 2013, inovasi terbarunya berupa pemanas air hemat energi. Alat ini untuk memanasi air baru yang ditambahkan dalam proses perendaman ayam pascapemotongan. Biasanya air tambahan tersebut menggunakan air dingin sehingga kerja sistem pemanas menjadi berat. Hal ini disiasati dengan memanfaatkan energi pada cerobong pemanas. Cerobong pemanas diberi bejana berisi air yang akan mengalir saat indikator water level di wadah perendaman turun.
Limbah
Untuk alat pemotong berkapasitas 1.000 ekor/jam hanya dibutuhkan lahan seluas 10 x 12 m2, di luar pergudangan dan lahan parkir. Kebutuhan energinya sebesar 15 – 20 KV. “Biasanya yang nyedot listrik besar itu gudang pendingin. Listrik untuk mesinnya sedikit. Bahkan sekarang sudah diubah pakai solar jadi lebih hemat,” jelas Entang.
Bila dihitung-hitung, biaya untuk membangun gedung, gudang, dan membeli alat pemotong antara Rp600 juta – Rp800 juta tidak termasuk lahan. “Tapi coldstorage itu ‘kan yang mahal. Blast freezer saja sudah Rp300 juta – Rp400 juta. Mesin tadi kapasitas 2 ton proses,” ungkapnya.
Selain peralatan pemotongan, sambung mantan karyawan perusahaan peternakan itu, CV Diva juga menyediakan instalasi pengolahan yang mampu mengurangi jumlah limbah 50%-60%. Dengan prinsip biologi, instalasi ini mengubah limbah cair menjadi air yang lebih layak. Indikatornya, bila ikan di kolam yang dialiri air ini tidak mati, maka air layak dilepaskan ke lingkungan. Sedangkan, limbah padat diendapkan menjadi pupuk. “Jadi paket kita dari pemotongan sampai pengolahan limbah,” pungkasnya.
Ratna Budi Wulandari, Peni Sari Palupi, Windi Listianingsih