Tak ada larangan menanam cabai saat musim hujan. Asalkan siap menerapkan budidaya intensif, atau risiko tanggung sendiri.
Memutuskan untuk menanam cabai selama musim hujan berarti berani menanggung risiko yang relatif besar. Mulai dari tindakan budidaya yang memang lebih intensif dibandingkan musim kemarau, hingga serangan hama penyakit yang lebih banyak. Namun, petani bisa sedikit tersenyum lega karena pada musim hujan biasanya harga cabai di pasaran cenderung lebih tinggi.
Perhatikan Budidaya
Suryo Wiyono, Kepala Klinik Tanaman, Departemen Proteksi Tanaman, Faperta, IPB, menuturkan, budidaya cabai musim hujan memang lebih intensif. “Budidaya yang dianjurkan adalah memperlebar jarak tanam, dan meninggikan bedengan untuk mengurangi kelembapan di sekitar tanaman,” katanya.
Saran yang sama disampaikan Silviya Wiltin, Crop Specialist Chilli, Shalllot, and Watermelon, PT Bayer Indonesia, melalui surat elektronik. “Usahakan bedengan lebih tinggi untuk menghindari terendamnya tanaman saat hujan deras. Kedua, jarak tanam lebih lebar dengan sistem zigzag atau single agar kelembapan tanaman dapat terjaga dan tanaman tak terlalu rimbun. Ketiga, pupuk urea sebaiknya dikurangi 20% untuk mencegah jaringan tanaman terlalu sekulen hingga mudah terserang cendawan,” paparnya.
Kemudian, penggunaan pestisida secara tepat. Silviya menambahkan, pada musim hujan, penggunaan pestisida, terutama fungisida, dapat dilakukan lebih intensif dengan memperpendek interval penyemprotan dibandingkan dengan musim kemarau. Yang tidak kalah pentingnya adalah pemilihan benih, jangan yang berasal dari tanaman yang sudah terserang.
Waspada OPT
Bila trik budidaya sudah dilaksanakan, serangan OPT tidak boleh diabaikan. Pada musim hujan, cabai sangat berisiko terserang penyakit yang disebabkan cendawan, seperti antraknosa atau yang lebih dikenal petani dengan patek yang disebabkan cendawan Colletotrichum capsici. Juga busuk batang karena cendawan Phytophthora capsici. Kondisi lembap menjadi favorit kedua cendawan ini untuk berkembang biak.
“Di antara keduanya, antraknosa mengakibatkan penurunan hasil paling signifikan, yaitu bisa lebih dari 65%. Bahkan, pada tingkat serangan yang tinggi, kehilangan hasil bisa mencapai 90%,” ujar Silviya. Gejala penyakit ini dimulai sejak awal pembungaan, dan akan bertambah parah saat tanaman berbuah. Serangan awal berupa bercak cokelat kehitaman pada permukaan buah, baik yang masih hijau maupun yang sudah tua. Buah yang terserang akan kering dan mengerut.
Jika sudah telanjur terserang, yang pertama kali harus dilakukan adalah eradikasi atau sanitasi kebun dari sumber infeksi, yaitu buah atau tanaman yang terserang, lalu dimusnahkan jauh dari lahan. Selanjutnya, aplikasi fungisida bisa dilakukan, seperti menggunakan Nativo 75 WG untuk mengendalikan antraknosa, dan Trivia 70 WP untuk mengendalikan busuk batang.
Aplikasi Nativo 75 WG dimulai pada saat tanaman berbunga dengan konsentrasi 0,4 g/l. Sedangkan Trivia 70 WP bisa diaplikasikan sejak fase vegetatif (15-20 HST) dengan konsentrasi 1-1,5 g/l. Kedua fungisida ini dapat diaplikasikan dengan interval 3-5 hari tergantung pada kondisi tanaman.
Renda Diennazola