Minggu, 22 September 2013

LIPUTAN KHUSUS : Musim Hujan, Siapa Takut?

Banyak petani lebih menyukai menanam cabai saat musim hujan karena produksinya dihargai lebih tinggi dan juga panennya bisa lebih banyak. “Musim kemarau kendalanya hanya kekurangan air dan serangan thrips, tapi dari segi hasil lebih banyak musim penghujan karena air tercukupi. Per tanaman hasilnya bisa mencapai 13 ons,” ungkap Riyanto, petani cabai di Dusun Pronojiwo, Ds. Blarang, Kec. Tutur, Kab. Pasuruan, Jatim.

Namun hasil banyak tersebut sebanding dengan kendala yang dihadapi. “Musim hujan dan berkabut itu hasilnya lebih banyak tapi kendala yang dihadapi biasanya tanaman mudah membusuk, serangan hama penyakit paling banyak, seperti antraknosa, lalat buah, dan layu,” terang pria berusia 38 tahun ini.

Pilihan Tepat, Hasil Meningkat

Riyanto sangat selektif dalam memilih pestisida untuk tanaman cabainya. Semua harus sesuai dengan kondisi tanaman. “Pestisida tergantung kebutuhan tanaman, misalnya cuaca kurang mendukung seperti hujan dan berkabut butuh banyak pestisida, terutama fungisida. Dari pengalaman, agar hasil maksimal saya menggunakan CabrioTop 60 WG  dan Cabrio 250 EC. Cabrio mulai umur 15 hari disemprotkan dengan interval 7 hari sekali. Dosisnya 0,25 - 0,5 l per ha. Sedangkan CabrioTop itu saya aplikasikan dengan cara kocor pada umur 45 hari. Sebulan kemudian dikocor sekali lagi. Dosisnya sekitar 1 g/l,” jelas pria yang sudah menggunakan produk PT BASF Indonesia sejak musim hujan 2012 dan sangat puas dengan hasilnya ini.

Manfaat setelah penggunaan CabrioTop dan Cabrio, tambah Riyanto, untuk memperkuat tanaman. Daunnya lebih lebat, hijau dan mulus, bunga dan buah lebih banyak serta tidak mudah rontok. “Pakai CabrioTop hasilnya lebih meningkat, lebih bagus, dan ukuran buahnya lebih besar,” jelas Riyanto. 

Semua itu terlihat jelas setelah 5 hari diaplikasi. Pertumbuhan tanaman tampak seperti dipicu karena CabrioTop mengandung Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Bahkan buah terakhir hampir tiada beda ukurannya dengan buah pertama, permukaan mulus, dan lebih tahan penyakit.  Memang, CabrioTop selain sebagai fungisida, dengan teknologi baru AgCelence dapat meningkatkan kesehatan tanaman, antistres terhadap cekaman lingkungan, lebih tahan serangan hama dan penyakit, meningkatkan produksi, dan menambah jumlah petikan 3-4 kali dibandingkan tanpa memakai CabrioTop.

Sedangkan untuk mengendalikan thrips dan lalat buah, Riyanto menggunakan insektisida Regent 50SC dan Rampage 100EC dengan dosis masing-masing 0,5 ml/l. “Tergantung musim juga, kalau musim hujan intervalnya 10-15 hari, sedangkan musim kemarau 7 hari sekali disemprot,” katanya.

Saat musim penghujan biasanya Riyanto menanam sekitar 10 ribu tanaman/ha. “Butuh benih 10 bungkus, harganya Rp85 ribu/bungkus, jadi total biaya benih Rp850 ribu,” tuturnya. Total biaya produksi keseluruhan, menurut hitungannya,  sekitar Rp2.000 per tanaman. Jadi 10 ribu tanaman butuh biaya Rp 20 juta ketika musim hujan. Hasilnya lebih dari 10 ton. “Jika diuangkan tergantung dari harga jual. Sekarang harga cabai di tingkat petani sekitar Rp10 ribu/kg. Lumayan sekali keuntungannya. Jika musim kemarau, biayanya turun sedikit menjadi Rp15 juta/ha karena hama sedikit tapi kendala air dan harus pakai mesin pompa air,” tutur pemilik dua hektar lahan ini.

Jadi dengan mengurangi populasi tanaman per hektar dan menggunakan CabrioTop yang dapat meningkatkan kesehatan tanaman serta hasil panen, Riyanto tidak takut bertanam cabai saat musim hujan.

Indah Retno Palupi (Surabaya)

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain