Tentu saja, semua orang menunggu Lebaran. Tapi, boleh jadi, salah satu kelompok orang yang paling girang saat Idul Fitri menghampiri adalah para produsen kue dan parsel kuliner Lebaran. Soalnya, peningkatan penjualan mereka melonjak drastis. Simak penuturan sejumlah pelaku usaha kue dan parsel Lebaran itu.
Cokelat Pendamping Kue
Meski masih mengerjakan semuanya sendiri, sejumlah telah inovasi dibuatnya.
Menebar berbagai kreasi produk berbahan cokelat mungkin bisnis yang tak pernah diduganya. Maklum, Murdjito adalah insinyur bidang teknologi informasi. Namun, reuni SMP di Kediri, Jawa Timur, mempertemukan Djito, sapaan akrabnya, dengan seorang direktur pabrik cokelat di Tangerang.
Dari situ, ia dan istrinya lalu belajar mengkreasi produk berbahan cokelat. Saat coba membuat 30-40 toples, ternyata laris. Ia lantas mengibarkan bendera bisnis bernama Coklat Warna-Warni. Ada 13 jenis cokelat berwarna-warni dengan rasa yang berbeda-beda pula. Sebut saja, antara lain, cokelat Dark Premium, Dark Flexi, Cappuccino, Tiramisu, Green Leaf Melon, Minty Green, Blue Barleymint, Pink Strawberry, Violet Blueberry, Red Strawberry, Orange Sunkist, Lemon Fresh dan White.
Saat Ramadan dan jelang Idul Fitri, karena bisnisnya masih dikerjakan sendiri bersama istrinya, Ruli Herliani, dibantu anaknya, Osha, Djito pun jadi luar biasa sibuk. Maklum, “Produk ini larisnya tiap puasa dan Lebaran. Bisa dibilang, 500% bahkan seribu persen peningkatannya,” ujar lelaki kelahiran Kediri, 16 November 1965 ini.
Untuk Lebaran kali ini, ia menjual parsel berisi enam toples cokelat warna-warninya seharga Rp 180 ribu. “Cokelat ini untuk pendamping kue,” imbuhnya.
Jika hari biasa, Djito memasok cokelat berbentuk lolipop ke warung-warung. “Belakangan, istri mengembangkan lagi wingko babat isi cokelat,” kata ayah tiga anak ini. Ia tak hanya membuat parsel cokelat, tetapi juga menerima pesanan suvenir pernikahan dari cokelat. “Iya, bisa dimakan suvenirnya,” tuturnya sembari tertawa.
Untuk pemasaran, Djito memanfaatkan internet, Blackberry, dan obrolan teman. Toh, cokelatnya mampu menyebar ke berbagai kota, seperti Kediri, Ponorogo, Pacitan, Gresik, Bandung, Yogyakarta, Balikpapan (Kaltim), dan Ketapang (Kalbar). Berkat internet pula, sejak September 2012 ia diajak menjadi mitra UKM Pertamina. “Banyak manfaatnya jadi mitra, dapat bantuan modal, pelatihan, dan ikut pameran,” ungkapnya.
Ide dari Hobi Mertua
Usahanya ini memang belum ditekuni sepenuhnya, tapi tiap Ramadan penjualan naik.
Berkat hobi ibu mertua dan istrinya membuat kue kering, Tri Widodo akhirnya mendapat ide menekuni usaha kue kering dan basah dengan panji Quelita Cake. Kini, pesanan datang tiap hari.
Awalnya, 2003, Tri dan Ita Kustina hanya bermodalkan enam toples plastik yang masing-masing berisi 500 gram kue kering. Kue itu ditawarkan kepada teman sekantor dengan harga tak lebih dari Rp40 ribu. “Hanya beberapa yang beli saat itu, tapi esoknya dibawa dan begitu terus. Kami senang ada pembelinya” jelas Tri.
Bulan berikutnya permintaan bertambah, jadi 100 toples. Tak terasa pesanan mencapai 200 toples. Pada 2005, saat jelang Ramadan dan Lebaran, pesanan melimpah. Orangtua dua anak ini mulai keteteran. “Istri tak bisa full time karena pulang kerja malam. Karena itu, kami kerjakan malam dan harus meng-hire karyawan,” katanya.
Kesibukan kerja kedua suami-istri ini membuat mereka belum bisa sepenuhnya menekuni usaha tadi. Inilah yang membuat mereka hanya berjualan kue pada momen Ramadan, Lebaran, Natal dan Tahun Baru. “Kami masih berstatus karyawan, mungkin lebih cocok usaha jelang pensiun,” katanya.
Permintaan saat Ramadan bisa dibilang lumayan, atau 1.500 toples/minggu. Kue yang dipesan konsumen pun beragam, tak hanya kue favorit seperti kastengel, nastar, dan putri salju. Ditambahkan oleh Ita, kue kering lainnya yang juga sering dipesan adalah choco mint, greentea cookies, sagu keju, almond lemon, cream cheese, choco cheese roset, coconut cream cheese, coco crunch, dan cornflake.
Kendati sertifikasi halal untuk produksinya masih dalam proses, bahan baku pembuatan kue berasal dari produk-produk bersertifikasi halal. “Ini karena amanah juga,” tandas Ita. Ia mengaku, hingga menjelang Lebaran 2013 ini, pesanan semua jenis kue tak kurang dari 4.500 toples, dengan harga antara Rp42.500 – Rp80 ribu/ toples. Untuk pemasaran, mereka andalkan 3-4 temannya yang bekerja di beberapa pusat perkantoran di Jl. Sudirman dan Jl. M.H. Thamrin, Jakarta.
Syaiful Hakim, Tri Mardi Rasa