BCS pertahankan pembuatan kue dengan tangan karena tak ingin tinggalkan warga sekitar yang turut membesarkan.
Pastilah sudah banyak yang mafhum, kawasan Bojong Koneng Atas, Bandung, Jabar, merupakan satu sentra kue kering terkemuka di Tanah Air. Soalnya, di sanalah bisa ditemui tiga produsen kue kering tersohor, yakni J&C, Ina Cookies, dan La Diva.
Kabar terakhir, ketiga produsen kue yang sebenarnya bersaudara itu kini telah bergabung di bawah satu bendera, Bonli Cipta Sejahtera (BCS). “Tapi, nama J&C, Ina Cookies, atau La Diva dipertahankan. Masing-masing punya ciri. Ina Cookies, misalnya, menyasar konsumen muslim, La Diva produk premium, J&C ke konsumen umum,” ungkap Jodi Janitra, Direktur Marketing PT BCS.
Tujuan penggabungan itu, papar Jodi, lantaran generasi pertama pendiri kerajaan kue kering ini merasa masih sanggup membimbing generasi kedua agar tak ada persaingan yang membawa perpecahan di kemudian hari. “Selain itu, juga demi efisiensi dan peningkatan kualitas. Nama Bonli diambil dari nama nenek kami,” ujarnya.
Saat bulan puasa seperti saat ini, kegiatan pembuatan kue kering di sana menjadi teramat sibuk. Jika pada hari biasa produksi kue hanya melibatkan sekitar 270 karyawan, saat menjelang Lebaran sampai mempekerjakan 1.000-an orang. “Kue kering memang penjualannya tergantung event-event seperti ini. Hari biasa, produksi kami hanya produksi 500-an toples tiap hari untuk jaga stok toko saja. Sedangkan jelang Lebaran kami produksi 10 ribu toples tiap hari,” papar kelahiran Bandung, 7 Januari 1987 ini.
Dibandingkan penjualan menjelang Natal atau Imlek pun, tambah Jodi, jelang Idul Fitri paling besar peningkatannya. “Saat Lebaran itu bisa dikatakan 80% dari penjualan kami, sedangkan Natal dan Imlek masing-masing 10%-nya. Tradisi makan kue kering memang saat Lebaran,” tutur putra pertama pendiri J&C, Dedi Hidayat dan Diah Susilawati, ini.
Inovasi
Tiap menjelang momen besar, J&C, Ina Cookies, ataupun La Diva akan selalu mengeluarkan produk baru. Lebaran kali ini, J&C hadirkan kue Lidah Kucing Melet, Ina Cookies dengan Opor Ayam Kukis, sedangkan La Diva sodorkan Blue Velvet. “Lidah Kucing Melet itu rasanya pedas, sedangkan Opor Ayam ya kue rasa opor, sedangkan Blue Velvet mengikuti tren cake,” jelas Farhan Basyir, Marcom Manager PT BCS.
Sebelumnya, J&C telah pula mengeluarkan kue Kastengel Lada Hitam jelang Natal tahun lalu dan kue Putri Bomba saat Lebarannya. Sedangkan Ina Cookies menampilan Putri Barokah pada Lebaran 2012 silam.
Saat ini, meski sudah memasuki pasar di Singapura dan Malaysia, ungkap Jodi, PT BCS tengah memperkuat pasar di dalam negeri. “Ini terutama mengantisipasi datangnya era Komunitas Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir 2015,” ujarnya.
PT BCS kerap disebut sejumlah pihak boros dalam menjalankan usahanya. Pasalnya, enggan menggunakan mesin pembuat kue. Namun, ungkap Jodi, itu memang disengaja lantaran idealisme mereka. “Kami besar bukan karena modal besar, tapi tumbuh perlahan bersama warga sekitar yang jadi karyawan kami. Kami tak ingin tinggalkan mereka. Kepada konsumen, saya selalu katakan, mereka tak hanya beli kue, tapi juga beli cinta karyawan kami yang membuat kue itu dengan tangan mereka,” pungkas Jodi.
Syaiful Hakim