Tingkatkan produksi cabai dengan optimalkan pertumbuhan tanaman.
Produksi tinggi yang menjadi tujuan setiap petani cabai, diawali dengan pemilihan benih unggul. Unggul dalam potensi genetik, seperti produksi tinggi, ukuran dan bentuk buah sempurna, hingga ketahanan terhadap penyakit. Siapa yang tidak tergiur dengan potensi kualitas seperti itu?
Apakah cukup? Tentu saja tidak. Potensi hasil tinggi dan keunggulan-keunggulan tersebut akan menjadi sia-sia tanpa dukungan budidaya intensif, terutama dari asupan nutrisi. Masalahnya, yakinkah selama ini nutrisi yang sudah diberikan dapat terserap oleh tanaman secara optimal? Bukan tidak mungkin, dosis pupuk yang selama ini diaplikasikan melebihi jumlah yang sebenarnya dibutuhkan tanaman.
“Seperti kita saja, kalau sakit, makanan seperti apapun yang masuk ke dalam tubuh tidak akan terserap optimal. Sama halnya dengan tanaman. Untuk mengejar produksi, petani kasih pupuk terus tanpa tahu sebenarnya pupuk yang diberikan itu diserap tanaman atau tidak,” papar Darmawan Sandi Susilo, Brand Manager PT Bina Guna Kimia, produsen dan distributor pupuk dan pestisida di Jakarta.
Dia menambahkan, “Sebenarnya kalau di dalam tanaman ini ‘kan hormon-hormonnya sudah lengkap. Seperti kita saja, di tubuh manusia itu hormonnya sudah lengkap. Cuma, kalau kita lihat tanaman itu stres dan nggak mau tumbuh atau menyerap pupuk, itu pasti salah satu hormon dalam tubuhnya tidak sedang dalam kondisi ideal. Itu yang harus diaktifkan.”
Suplemen
Jika hormon-hormon pertumbuhan tanaman, yaitu auksin, giberelin, sitokinin, dan etilen berfungsi secara optimal, pertumbuhan tanaman akan semakin baik. Pertumbuhan akar yang optimal misalnya, akan memudahkan penyerapan unsur hara tanaman sehingga turut memacu pertumbuhan bagian tanaman lainnya, seperti daun, bunga, dan buah. Walhasil, hasil panen pun akan meningkat.
Menurut Wawan, sapaan akrabnya, dalam mengoptimalkan aktivitas hormon tanaman tersebut diperlukan suplemen tanaman, seperti Boom Flower yang didistribusikan oleh PT Bina Guna Kimia. “Boom Flower adalah pupuk organik suplemen tanaman dengan bahan utama nitrobenzena 2,2%, setara dengan nitrogen aromatik 20%,” ungkapnya.
Dalam tubuh tanaman, nitrobenzena berfungsi mengaktifkan proses enzimatis dalam sel-sel tanaman. Prosesnya, Boom Flower yang bersifat sistemik masuk melalui daun atau akar, menyebar ke dalam jaringan tanaman, lalu mengaktifkan hormon-hormon pertumbuhan. Bahkan hormon-hormon yang semula tidak diproduksi lagi oleh tanaman, diaktifkan kembali. Penyerapan pupuk dan pertumbuhan tunas menjadi lebih baik. Wawan mengistilahkan, Boom Flower memberikan energi bagi tanaman untuk dapat tumbuh secara optimal.
Namun, jangan samakan Boom Flower dengan zat pengatur tumbuh (ZPT). “Tanaman yang hanya memakai ZPT biasanya akan dirangsang salah satu bagian pertumbuhannya saja. Misalnya tinggi tanaman atau merangsang pertunasan saja sehingga yang dirangsang hanya parsial. Sedangkan, penggunaan Boom Flower akan memberikan efek holistik pada semua bagian pertumbuhan tanaman,” tambah Wawan.
Panen Optimal
Diaplikasikan pada cabai, Boom Flower memperbanyak percabangan lateral, menaikkan jumlah bunga, meningkatkan jumlah buah sampai 67%, menambah ukuran dan bobot buah, meningkatkan faktor organoleptik seperti warna dan rasa, serta hasil panen hingga 67%.
“Yang utama itu bunga tidak mudah rontok sehingga buah akan banyak. Lalu pertumbuhannya akan lebih optimal sesuai dengan potensi genetiknya. Aman dalam pengiriman karena daging buah lebih tebal, warna lebih cerah, serta hasil panen lebih banyak dan kontinu,” tambah Sarjana Pertanian dari Universitas Brawijaya, Malang, ini.
Boom Flower dapat diaplikasikan pada semua fase pertumbuhan, mulai dari pembibitan, fase vegetatif atau 20 hari setelah tanam (HST), fase bunting atau 40 HST, fase generatif atau 60 HST, hingga setelah panen pertama. Setelah panen, aplikasi diulang setiap 10 hari sampai panen selesai. Aplikasi melalui penyemprotan secara merata di permukaan daun dengan konsentrasi 2 ml/liter atau dosis 1 liter/ha.
Tambahan biaya yang dikeluarkan petani pun tidak terlalu besar. “Untuk satu hektar sekitar Rp600 ribu – Rp700 ribu. Itu sampai tahap generatif. Jika ingin dilanjutkan sampai habis panen, itu tergantung kemampuan petani,” Wawan menjelaskan.
Tambahan rupiah itu tidak terlalu menjadi masalah jika hasil panen juga meningkat bukan?
Renda Diennazola