Selasa, 9 Juli 2013

LIPUTAN KHUSUS : Permintaan yang Terus Tumbuh, Resep Agar Kristal Enak Disantap

Pola hidup sehat di kalangan masyarakat turut mencerahkan pasar.

Keberhasilan Niramas diikuti industri-industri besar yang ingin menyerap kesegaran bisnis minuman kaya serat dan menyehatkan itu. Setidaknya tiga pemain skala industri dan sebagian besar pemain skala UMKM yang berbagi “kue” bisnis nata de coco.

Meski harus berbagi-bagi pasar, para pelaku usaha nata de coco itu tidak perlu khawatir kekurangan konsumen. Pasalnya, menurut Erijanto Djajasudarma, Direktur PT Niramas Utama Food & Beverages Industry, pasar domestik selalu meningkat setiap tahun dengan pertumbuhan 20%-30%.

Minat pasar yang cukup tinggi ini didorong kesadaran pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan sehat. “Mereka tahu banyak manfaatnya. Mereka ngambil seratnya yang bagus bagi pencernaan, mereka yang susah BAB (buang air besar), maag, atau segala macam. Jadi mereka merasakan manfaat nata karena khasiatnya,” terang Eri, begitu ia disapa. 

Apalagi, tekstur sari kelapa yang kenyal dan lunak di lidah, mudah dicerna, menyejukkan perut, serta menyegarkan tubuh itu menambah daya tarik konsumen yang menikmatinya untuk camilan berbuka puasa. Tak ayal, minuman segar berbahan baku nata de coco nan menyehatkan ini ramai diserbu pelanggan tatkala Ramadan. Permintaan pasar pun melonjak hingga 200%-300% dari hari normal. Saat ini saja, Niramas harus meningkatkan kapasitas produksinya hingga tiga kali lipat untuk memenuhi permintaan selama Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri.

Di samping itu, produsen sari kelapa pun sangat kreatif mengemas dagangannya. Ada pilihan kemasan cup kecil, gelas plastik, ember plastik, hingga standing box, dengan berbagai varian rasa buah dan ukuran nata. Niramas sendiri misalnya menawarkan kemasan sari kelapa aneka pilihan rasa, sari kelapa dicampur selasih, serta sari kelapa dicampur selasih dan kolang-kaling.  

Prospek Cerah

Prospek pasar nata de coco yang cerah tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di Jepang, Amerika, Australia, Kanada, dan Eropa. Negara-negara tetangga seperti Vietnam, Thailand, Malaysia pun mulai melirik bisnis minuman dari air kelapa ini.  

Meski sama-sama bertumbuh, Niramas lebih memilih fokus menggarap pasar dalam negeri. sebanyak 70%-80% produksi nata de coco dialirkan ke pasar lokal, sisanya diekspor ke Jepang, Amerika, Kanada, dan Eropa. Eri beralasan, “Pasar Indonesia nggak bisa ditinggalin. Indonesia ‘kan penduduknya besar, 200 juta orang. Memang secara tradisional sudah makan kelapa dan sari kelapa.”

Nata de coco itu dibuat dalam kemasan praktis, tahan lama, bisa langsung dikonsumsi, dan terjaga kualitasnya. Sejak itu, sambung pria kelahiran Surabaya, 26 Oktober 1964 ini, masyarakat mulai mengenal nata de coco secara luas. Malah, belakangan, ada juga warga masyarakat yang mengolahnya kembali. Misalnya, dimasak sebagai sayur, atau membuat capcay dengan menggunakan nata de coco. “Kita banyak resep, ada pepes nata, ada pula saus buat steak dari nata,” pungkasnya.

Dia menambahkan, produksi nata de coco dari Niramas sekitar 200 ton per bulan. Setiap harinya, Niramas membutuhkan sekitar 2.000-3.000 butir kelapa tua yang dipasok dari Pulau Jawa dan Lampung. Meski tidak memiliki perkebunan kelapa sendiri, Eri mengaku tidak mengalami kendala suplai bahan baku.

Windi Listianingsih, Syaiful Hakim


 

Resep Agar Kristal Enak Disantap

Warnanya putih bening seperti butiran kristal. Teksturnya kenyal dan lunak berasa segar di lidah. Siapa duga “kristal” yang  enak disantap ini terbuat dari air kelapa.

Nata de coco atau yang dikenal dengan sebutan sari kelapa umumnya dibuat menggunakan bahan baku air kelapa. Pembuatan nata de coco melibatkan peran bakteri Acetobacter xylinum. Menurut Wisnu Gardjito, pakar kelapa sekaligus produsen produk olahan kelapa di wilayah Depok, Jabar, bakteri ini menggunakan air kelapa sebagai media hidupnya untuk membentuk jaring-jaring serat yang kita sebut nata de coco.

Tahapan-tahapan

Proses pembuatan nata de coco, ujar Wisnu, meliputi beberapa tahap. Yaitu: penyiapan bahan, proses dingin, proses pemasakan, proses fermentasi, penanganan hasil, penyiapan finish good (barang akhir), proses storaging (pengemasan), dan pengantaran (delivery).

Siapkan bahan yang digunakan berupa air kelapa, gula pasir, Deamonium phosphat (DAP), asam asetat (asam cuka), dan bakteri Acetobacter xylinum. Selanjutnya, ukur air kelapa berdasarkan resep: 5 liter air kelapa untuk membuat satu resep yang menghasilkan tiga lembar nata de coco. Dan saringlah air kelapa yang sudah diukur itu untuk dimasak.

Tambahkan gula, DAP, dan asam cuka ke dalam air kelapa yang telah disaring lalu masak hingga mendidih. Setelah itu, dinginkan rebusan air kelapa. Air kelapa yang telah dingin diberi larutan A. xylinum dan dicampurkan. Campuran air kelapa dan bakteri dimasukkan dalam wadah pencetakan nata de coco, ditutup rapat dengan koran, dan didiamkan selama 10 hari. Ketika didiamkan inilah akan terjadi fermentasi bakteri membentuk jaring-jaring serat nata.

Setelah 10 hari berselang, jaring serat nata telah terbentuk. Ambil lapisan nata de coco dari wadah cetakannya lalu dicuci bersih dan dimasak hingga mendidih.  

Lembaran nata yang telah dimasak dipotong-potong sesuai ukuran yang diinginkan. Bubuhkan aroma dan rasa agar nata lebih nikmat disantap. Lalu, kemas nata de coco di dalam ukuran yang diinginkan, seperti cup, gelas plastik, ember plastik, atau standing box. Nata yang telah dikemas disterilkan dan diawetkan secara pasteurisasi. Kemudian, simpanlah nata di boks kering yang terlindung dari sinar matahari. Nata de coco pun siap dipasarkan ke berbagai penjuru Nusantara.         

Sementara itu, nata de coco juga bisa dibuat menggunakan air santan kelapa. PT Niramas Utama Food & Beverages Industry, Produsen Inaco nata de coco di kawasan Bekasi Timur, Jabar telah menerapkannya. Menggunakan bakteri yang sama, air santan juga berperan sebagai media hidup tempat Acetobacter merakit jaring serat nata. Bedanya, air santan tidak lagi memerlukan tambahan nitrogen dan nata de coco yang dihasilkan berwarna lebih bening, kenyal, dan lebih lunak.

Menurut Erijanto Djajasudarma, Direktur Niramas, proses pembuatannya serupa dengan nata pada umumnya hanya saja berbeda dalam perlakuan Acetobacter yang memerlukan laboratorium dan teknologi khusus.     

Windi Listianingsih, Syaiful Hakim



 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain