Roundtable on Sustainable Palm Oil, meminta perusahaan-perusahaan anggotanya untuk menyerahkan peta digital perkebunan yang ada di Sumatera dan Kalimantan dalam waktu 48 jam kedepan.
Demikian disampaikan Sekretaris Jendral Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) Darrel Webber melalui press releasenya pada 25 Juni 2013. Peta digital ini akan digunakan untuk diteliti dan dianalisa berdasarkan pemetaan kebakaran hutan yang diterbitkan oleh NASA (National Aeronautics and Space Administration) dan NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration). Sebab Analisa ini akan membantu memastikan lokasi kebakaran hutan dengan lokasi perkebunan yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan anggota RSPO, untuk dijadikan landasan menentukan tahap penyelidikan selanjutnya.
Langkah awalnya difokuskan pada mensahkan alasan di balik kebakaran hutan, apakah disebabkan kelalaian atau bukan. Apabila hasil penyelidikan memastikan, kebakaran itu diakibatkan tindak kelalaian, maka RSPO tidak akan ragu untuk mengambil tindakan.
Akan tetapi, RSPO menyarankan untuk menghindari segala bentuk spekulasi pada saat ini, dan menyerahkan kepada proses penyelidikan untuk menentukan apakah memang perusahaan-perusahaan anggota RSPO tersebut terlibat atau tidak.
Berdasarkan laporan independen yang dilakukan oleh World Resources Institute, terdapat beberapa sumber kebakaran yang sedang terjadi ini: 47% dari kebakaran yang terjadi di Indonesia berasal dari luar area hutan atau perkebunan kelapa sawit, 27% berasal dari hutan kayu, 20% berasal dari perkebunan kelapa sawit, 4% dari area yang dilindungi, dan 1% dari area penebangan.
Tri Mardi Rasa