Meski ada pembatasan impor daging sapi oleh pemerintah, tapi tidak membuat stok daging sapi di DKI Jakarta mengalami kelangkaan. Menurut pemantauan dari Kepala Kepala Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta, stok daging sapi pada saat ini masih aman, selalu ada dan masih cukup untuk kebutuhan di Jakarta.
“Kebutuhan daging di Jakarta totalnya mencapai 150 ton per hari untuk kebutuhan industri dan kebutuhan rumah tangga,” kata Ipih Ruyani di sela acara Gathering Ildex Indonesia 2013 di Jakarta, Kamis (27/06).
Bahkan, Saat ada gejolak harga dan kelangkaan daging, Gubernur Joko Widodo, langsung melayangkan surat ke beberapa daerah penghasil daging sapi untuk memenuhi kebutuhan daging sapi di Ibu Kota. Oleh karena itu, amannya stok daging di ibu kota, tak lepas dari suplai daging sapi yang dikirim langsung dari sejumlah daerah penghasil sapi di Indonesia.
Sementara itu, stok sapi di rumah pemotongan hewan milik DKI masih cukup dan ditambah pasokan daging sapi dari daerah sekitar seperti Tangerang dan Banten untuk memenuhinya. “Beberapa daerah pun sudah siap memasok daging sapi ke Ibu Kota antara lain adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat,” kata Ipih Ruyani.
Sampai saat ini, jelas Ipih, masih sulit untuk melacak jenis daging, kebutuhan total industri pengolahan daging dan harga yang diinginkan oleh pengusaha olahan daging di Jakarta. “Beberapa pengusaha menganggap memang untuk daging tertentu lebih murah dan ada daging yang memang mahal seperti tenderloin, sirloin dan lain sebagainya, begitu pula dengan konsumen lainnya,” katanya.
Memang, tambahnya harus ada spesifikasi dalam masalah jenis daging ini, karena masing-masing konsumen berbeda-beda permintaanya sesuai kebutuhannya. Di Jakarta sendiri belum terdata secara spesifik, hanya daging, buntut, jeroan juga disebut daging makanya ke depan akan bikin spesifikasi sehingga datanya akan lebih baik.
Terkait dengan Perda No. 4 Tahun 2009, Ipih berharap, semua daging yang masuk ke Jakarta sudah dalam bentuk potongan atau karkas, sehingga konsumen tinggal mengolahnya saja. Pertimbangan ini diambil karena kondisi lahan DKI Jakarta yang terbatas, lingkungan yang sekarang mulai padat dan lebih efiesien dalam transportasi untuk pendistribusiannya.
Selain itu, tambahnya, akan memberikan kesempatan daerah lain untuk membuka lapangan usaha bagi masyarakat dengnan membuka rumah-rumah pemotongan hewan. “Jadi daerah penghasil sapi kirim ke Jakarta dalam bentuk daging dan sudah spesifik di beda-bedakan sesuai kebutuhan nantinya, tentu ini akan bisa membuat DKI berkembang bersama daerah-daerah lain,” katanya.
Tri Mardi Rasa